Aku sebenarnya sudah mati.
Jauh-jauh hari sebelum kematianku.
Aku mati ketika sadar matahari tak ingin menemaniku lagi.
Menemani kemerenunganku pada ketidakseimbangan semesta.
Menemani keburukan prasangkaku pada kehendak Tuhan.
Aku mati.
Ketika aku harus hidup untuk kehidupan kecil lainnya.
Lalu datanglah bulir-bulir harapan.
Menitik satu per satu , menempelli hatiku yang berlubang
Menutup lubang itu dengan perban yang manis dan permanen
Menyembuhkan luka batin yang disebabkan kesendirian.
Sekarang aku bersyukur
Baik senja maupun fajar sudah mau bersahabat lagi denganku.
Sehingga aku tak lagi punya alasan untuk menitikkan air mata.
Aku tak punya cara untuk berkeluh kesah.
Aku hanya tahu cara untuk bahagia.
Dan memenuhi lubang hidupku dengan epifani.
ctt. epifani = titik balik, perubahan hidup menjadi lebih baik
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments