Dari Film Eat Pray Love #1 : Komitmen Pada Anak

3 comments
Cukup terlambat saya menonton film ini ya. Memang baru hari ini, bisa membeli DVD filmnya, lalu menontonnya di laptop suami saya. Maklum, tivinya masih dipakai anak-anak untuk menonton film kartun.

Gaung EPL ini, sejak mula bukunya yang super best seller sudah saya lihat di Oprah Show. Termasuk mengulas filmnya. Sungguh ingin sekali saya menonton filmnya dan membaca bukunya. Dan kali ini masih kesampaian menonton filmnya. Belum bukunya.

Kenapa saya terlambat menontonnya? aneh ya, bukannya di bioskop film ini sudah dirilis sejak lama. Karena ya begitulah, kami sekeluarga kok ya belum jodoh untuk pergi ke bioskop bersama-sama dan nonton film. Suami saya lebih suka suasana nonton film di rumah dengan DVD. He's 1000% family-man :-D

Baiklah lanjut di dalam film ini, sudah saya duga, saya akan mendapatkan pencerahan di dalamnya seperti yang dibahas di acaranya Oprah. Hanya saya tidak menyangka jika pencerahannya akan seterang ini.

Kisah yang berawal dari kegalauan seorang wanita bernama Liz, diperankan oleh Julia Robert. Yang merasa kehilangan dirinya sendiri sampai pada puncaknya mengakhiri pernikahannya. Percakapan antara Liz dengan sahabatnya yang sudah mempunyai anak, memberikan pencerahan pertama.

Percakapan menarik ada di kamar ketika adegan mengganti popok si bayi sahabatnya itu. Liz mendesah bahwa punya anak terlihat susah. Lalu sahabatnya menyangkalnya dan mengatakan, "ini sangat menyenangkan". Lalu dia membuka rahasia sejak sebelum dia menikah yang ada di sebuah kotak kertas di bawah tempat tidurnya. Liz mengambil kotak itu dan takjub melihat beberapa baju bayi, sepatu bayi dan perlengkapan bayi tersimpan di sana. Sahabatnya Liz telah mengangankan untuk mempunyai bayi sejak lama, sejak sebelum menikah. Dia baru menunjukkan isi kotak itu kepada suaminya ketika suaminya siap mempunyai anak.

Liz mengerutkan dahinya dan menghela nafas lebih berat. lalu berkata, "aku juga punya kotak seperti itu. hanya isinya adalah National Geographic dan catatan negara-negara yang ingin kudatangi sebelum aku meninggal".

Sahabat Liz menatap lurus dalam di mata Liz, dan berkata ,"mempunyai anak seperti memasang tato di dahimu. Ini membutuhkan komitmen yang sangat besar". Dia menunjukkan betapa mempunyai anak harus disertai kesiapan dan tanpa keraguan.

Betapa besar komitmen yang diperlukan, saya sangat setuju. Walau tidak semua pasangan benar-benar siap dan mengerti sebesar apa komitmen yang harus diberikan ketika mereka dikaruniai buah hati.

Seperti halnya saya sendiri. Saya menikah muda sekali jika dibanding dengan mayoritas perempuan jaman sekarang. Umur dua puluhan saya sudah menikah. Ketika sedang mengerjakan skripsi dan alhamdulillah bisa langsung lulus. Kemudian hamil ketika sudah diterima di sebuah institusi penelitian negara  di Bandung.

Dari segi kesiapan, bisa dipastikan saya tidak siap sama sekali. Ketika sidang sarjana, dosen penguji ada yang berkata, "saya bangga dengan kamu karena sekarang sudah diterima bekerja sebagai peneliti. Faktor tunggumu NOL". Dan disambut anggukan bangga oleh dosen pembimbing saya. Bangga sekali saat itu. Sudah punya suami. Sudah lulus. Sudah punya pekerjaan.

Namun tepat tiga bulan setelah menikah, saya sudah ada tanda hamil. Sungguh tidak siap. Namun saya dan suami berdiskusi begitu intensif. Untuk memutuskan apakah kami tetap di Bandung atau kembali ke Surabaya.

Bisa saja saya bersikeras mempertahankan pekerjaan saya dan kemungkinan karir yang begitu saya impikan sebagai peneliti. Namun kecemasan tentang keadaan anak saya nanti, jika saya berkutat di laboratorium dengan beberapa zat yang karsinogenik (pencetus kanker), membuat saya memutuskan untuk mengundurkan diri.

Saya dan suami memutuskan kembali ke Surabaya. Tempat kelahiran saya, dimana ada orang tua, saudara lengkap disana. Sementara jika di Bandung, saya tidak punya saudara satu pun. Hamil anak pertama tanpa saudara dan jauh dari suami, akan sangat beresiko. Kami sepakat memberikan peluang pada suami untuk melanjutkan studinya lagi.

Inilah gambaran besarnya komitmen pada anak. Selain sebagai buah hati, juga amanah yang butuh tanggung jawab yang luar biasa besarnya. Dan tidak mudah menjalaninya, bahkan sampai sekarang.  Semoga ALLOH SWT memudahkan kami. Amiin.


You know it's true
Everything I do
I do it for you
my sons

Runway Dreams Movie by Nia Dinata

No comments
Dari koran jawa Pos saya tahu informasi ini. Nia Dinata sedang membuat film pendek dan menguploadnya di You Tube. Film ini didanai oleh sebuah produk. Judulnya Runway Dreams. Penasaran saya mencarinya sejak kemarin. Dan baru hari ini bisa melihat lengkap ketiga serinya.





menurut saya, sutradara 3 film pendek ini, Nia Dinata cukup berhasil menyampaikan pesannya untuk memberikan inspirasi kepada wanita Indonesia. Coba deh lihat filmnya :-)


Belajar Rias Gratisan

No comments
Lanjut dari mengabadikan momen teman saya merias teman saya yang satunya lagi. Saya pun belajar untuk merias wajah, dengan teknik standar dan warna yang standar. Supaya bisa saya terapkan untuk diri saya sendiri di rumah.

Sehari-harinya, begini. Pelembab. Bedak Bayi. Lipstik tipis :-)

Dan, setelah belajar make up  di rumah teman saya :




Lalu penasaran, dan besoknya belajar make up sendiri di rumah :



Alhamdulillah, lumayan bangetlah, Tahu teknik meratakan alas bedak, pake bedak, eye shadow, blush on, menyikat alis dan memakai lipstik.

Saya geli sendiri juga nih. Jaman muda tomboy banget. Sekarang udah emak-emak, megang pensil alis. Tapi sangat menyenangkan juga rasanya bisa mendandani diri sendiri. Semoga suami saya lebih senang. hehehe

Oh ya, untuk hasil make up teman saya, yang mengajari ini, sang guru. Namanya Diah. Mengelola jasa rias pengantin dan baju pengantin, di "Dee Rias Pengantin". Kami tinggal di Surabaya. Jika ingin kontak dan melihat sebagian hasil merias pengantin dengan saya kemarin, ada di entry dibawah ini ya.

Rias Pengantin Ayu Tradisional Modern

2 comments
Teman saya adalah perias pengantin yang hasilnya cocok dengan selera saya. Kalem, alus, tidak menor alias natural. Desain baju pengantinnya juga bagus. Dari hasil ngobrol ngalor ngidul kemarin, akhirnya saya dan seorang teman lagi boleh belajar rias pengantin padanya, secara gratis. Woo alhamdulillah yaa.. :-)

Singkat cerita, kami bertiga ribet sendiri bikin foto sesi dadakan untuk hasil merias pengantin ini. Sementara saya cuma melihat caranya merias sambil mengabadikan tiap momennya. Selanjutnya saya belajar merias wajah saya sendiri, dengan teknik standar, warna standar, supaya bisa saya terapkan sendiri di rumah, untuk diri sendiri bukan untuk komersil.

 Bu Guru menjelaskan teknik merias mata












Jika anda ingin menggunakan jasa teman saya ini, Bisa hubungi :

Dee Rias Pengantin
Kontak :  Diah Maharani,SH.  Pin  BB 26D92D9E . HP : 085731166972 ; [031]83063471 Surabaya
Facebook : Dee Maharani


Model : Nanda
Kontak ke Facebook Nanda Ffa

Kami bertiga berteman karena sesama wali murid TK Islam Terpadu, Little Star Surabaya. Semoga pertemanan ini saling memberi manfaat dan barakah. Amiin.


Rasa Bersalah ini Membunuhku *cerita dari toko buku murah*

1 comment

 Kemarin siang, saya dan adik ke toko buku murah di pasar Blauran Surabaya. Ini pertama kalinya saya datang kesini untuk membeli buku kimia untuk anak kuliahan alias textbook. Dulu saya kuliah di Bandung, dan beli buku murah meriah di jalan Palasari. Di Palasari toko bukunya rapi dan bukunya sangat lengkap. Mostly sih buku bajakan, sstt...
Teman dan keponakan yang sering belaanja di sini mengatakan kisaran harga bukunya 10 ribu - 20 ribu saja. walau bukunya tebal. Dan begitulah di hati saya begitu.

Kemudian satu demi satu toko saya datangi untuk menanyakan ada buku Kimia Dasar? kimia organik? biokimia? kimia analitik?
Buku di tiap toko ternyata tidak lengkap. Jadi saya mendapatkan tiap materi buku di satu toko buku saja. Saya merasa senang sekali, bisa menemukan buku tebal yang isinya bagus. Dalam arti, kertasnya bagus tidak buram, terjemahannya bagus bisa dimengerti, ilustrasi gambarnya bagus jelas.
Beberapa buku yang saya pilih memang kualitasnya jauh diatas buku yang ditawarkan seharaga 20 ribuan itu. kalau harganya 20 ribuan, kertasnya coklat buram. warna hitam saja. tidak ada ilustrasi yang menarik dan jelas.

Nah buku yang saya pilih, harganya diatas 70 ribuan. Satu buku Kimia Organik, yang harga aslinya 200 ribu. Ditawarkan 100 ribu. Lalu saya milih yang pinggiran bukunya rada sobek, dengan potongan harga jadi 70 ribu. Saat itu saya tidak begitu memperhatikan dan tidak begitu peduli dengan kondisi sampul buku. Saya hanya membuka isi buku yang begitu bagus dan sesuai dengan yang saya cari selama ini. Bukunya Kimia Organik.

Pulang dari pasar, dalam perjalanan saya mendadak ingat dan menyesal, kenapa memilih buku yang pinggiran sampulnya rada rusak? demi lebih murah 30 ribu? pasti nanti suamiku komentar gak setuju..
Dan benar, ketika sampai di rumah ibu tempat suami dan anak-anakku menungguku pulang. Beliau melihat kondisi buku dan berkomentar, kenapa buku rusak yang dipilih?
kujawab, Karena lebih murah 30 ribu.
jawabnya, cuma beda 30 ribu saja kok. mending milih yang bagus.
deg, hatiku sudah tidak enak, merasa bersalah, lalu saya berkilah, "kan 30 ribu lumayan, dapat satu buku lagi kimia analitik,"
saya menunjukkan buku berkertas coklat berjudul Prinsip Dasar Kimia Analitik.
Suami saya diam.
Hati saya tidak begitu.

sampai di rumah, saya masih merasakan penyesalan. Kenapa memilih buku yang ini ya? kenapa tidak memilih buku yang masih di kemas plastik?

misalnya tadi milih yang bagus trus ngotot nawar, pasti dikasihkan kali ya sama penjualnya?

kenapa aku nggak ngotot nawarnya tadi?
aku memang tidak pandai belanja, tidak pandai menawar. bener kata suami dan adikku tadi ya.

tapi kenapa tadi adikku nggak memperhatikan buku-ku ya? kok tidak diingatkan kenapa milih yang ini? yang pinggiran covernya rusak? dan kenapa dia nggak ikut bantuin aku ngotot nawar?

kenapa aku nggak bisa pelit sih kalau beli buku?
kenapa kalau sudah lihat isi buku yang bagus, sesuai kebutuhanku, aku sudah langsung gelap mata. pokoknya dibeli saja?

kenapa aku nggak seperti ibuku kalau belanja kain?
muteri tokonya sepuluh kali dulu, menawarnya puluhan kali, lalu kembali ke toko awal?
kenapa aku nggak telaten belanja?
pantesan bisnisku mandek kali ya? karena aku nggak bisa keliling pasar atau toko untuk mencari yang termurah, ngotot menawar harga dan pulang dengan puas hati.

bodoh banget aku ya?
bukannya buku ini abadi? bisa dipakai selamanya? bisa diwariskan ke anak cucu atau disumbangkan. kenapa milih yang covernya jelek?
apa bisa kukembalikan ya? tetapi kok jauh tempatnya, tidak mungkin.

begitulah, rasa bersalah begitu bertubi-tubi di hati dan kepalaku. seperti dibombardir peluru.
padahal jika diteliti lagi, isi bukunya sama sekali tidak rusak. sangat bagus. mulus.

Allahu Akbar. Saya sungguh sangat lemah mengendalikan perasaan bersalah. Apalagi sebagai ibu rumah tangga yang belum berpenghasilan sendiri seperti saat ini, ketika merasa salah membeli menggunakan uang suami rasanya seperti sudah dosa besar menjulang langit.

Semakin tua umur, semakin tajam rasa bersalah perihal ekonomi seperti ini. Semakin mudah tersinggung tentang hal seperti ini, walaupun pastinya suami saya sudah tidak mempermasalahkannya lagi.

Duh, itulah kenapa mungkin ya, perempuan, istri, ibu rumah tangga, harus bisa mandiri finansial juga. Agar perasaannya bisa stabil, percaya diri dan penuh harga diri.

Saya pun berusaha keras menentramkan hati.
Dengan mengakui, iya memang saya ada kelirunya. Memang tidak begitu pandai menawar harga. Ini adalah pelajaran berharga. Kelak jika belanja lagi, saya akan lebih telaten, sabar dan bisa berjual beli dengan baik saling menguntungkan. Saya pun tidak mau terlalu kejam menawar harga dan menyakiti hati penjualnya. Karena saya juga pernah berbisnis, berjualan, jika ditawar tanpa ampun rasanya sakit hati banget.

Saya berharap, kekeliruan saya memilih buku bisa jadi keuntungan buat penjualnya. Siapa tahu dia butuh uang lebih banyak untuk anak istrinya, dan saya termasuk yang membantunya. :)
yaaa begitulah namanya ingin menentramkan diri sendiri. :))
dan saya yakin dengan perasaan bersalah ini, kelak saya akan bisa mengajari anak saya, mantu saya kelak, cucu saya nanti, agar bisa belanja dengan lebih cerdas, hehehe. [maksa menentramkan hatinya ya]

Rasa bersalah itu seperti menelan pil kina tanpa air. Pahit betul >.<

Hijabku, keliru ?

2 comments
Kata Hijaber jadi trending topic di kalangan fashion muslimah saat ini. Sungguh mengherankan juga. Hijab sebelumnya adalah kata yang berat untuk disandang di kalangan muslimah. Karena hijab identik dengan perempuan muslimah yang biasanya di Arab atau Afganistan, yang memakai baju hitam panjang, kerudung besar panjang, bercadar atau berniqab. Itulah konsep Hijab yang kupahami secara pribadi. 

Lalu, tanpa disangka kata Hijab ini berubah menjadi ringan ketika menjadi kata Hijaber. Ini memang berkat gerakan yang sengaja dibuat oleh beberapa muslimah dalam kelompok Hijabers Community. Mereka berupaya mengenalkan konsep menutup aurat bagi muslimah dengan cara yang kreatif, ringan, menyenangkan dan siapapun boleh datang.

Gerakan hijaber ini menurut saya adalah cara yang cerdas untuk memasyarakat anjuran berjilbab bagi muslimah. Anjuran untuk menutup aurat. Dari beberapa hijaber community yang saya amati, ada yang memang berhati-hati dan tetap berpegang pada syar'i, ada yang lebih longgar.

Tetapi apapun itu, gerakan ini perlu dihargai karena membuat berjilbab, menutup aurat menjadi tidak berat dan menerima siapapun yang mau berproses di dalamnya. 

Saya sedikit gundah jika ada saudara muslimah lainnya yang memandang miring para hijaber ini. Mereka begitu tegas dan keras bahkan sedikit menyinggung perasaan ketika menyatakan bahwa hijaber ini berlebihan model fashionnya, sengaja mengundang perhatian lawan jenis atau bahkan tersirat seperti kurang beriman daripada mereka yang berpenampilan sederhana versi mereka itu. 

Saya gundah karena sesama muslimah, seharusnya bisa bersikap dan bercakap lebih lembut. Jika mereka mengecap diri mereka lebih patuh dan beriman karena berjilbab dengan lebih sederhana, maka wajib mereka bersikap lembut dan menghargai proses. Karena begitulah yang dicontohkan oleh baginda Rasulullah Muhammad SAW.

Saya sempat keki juga ketika terus mengikuti tausiyah atau syiar yang mereka sampaikan. Bahwa baju dan jilbab yang benar adalah seperti yang mereka jual di butik mereka. yaitu gamis lebar panjang melambai, dengan jilbab lebar segiempat. Saya tidak mempermasalahkan jilbab lebar, karena itu benar dan lebih aman karena menutup dada.Tetapi saklek harus bergamis lebar dengan bahan sifon yang melayang-layang, saya jadi sedih sendiri. Karena banyak alasan yang membuat saya tak bisa memakai jenis baju seperti itu. 

Alasannya, pertama, saya ibu rumah tangga yang harus mondar-mandir ngurus rumah, dan berurusan dengan air, akan sulit jika berbaju seperti itu. Lalu saya harus naik sepeda motor untuk mengantar jemput dua anak lelaki saya. Bagi saya, berbaju gamis itu walau dengan dalaman celana panjang, begitu mengkhawatirkan. Saya takut jatuh. Apalagi kemarin habis operasi retak tulang di telapak kaki, jadinya begitu takut jika kaki tidak bisa membentang lebar untuk menjaga keseimbangan ketika naik motor atau berhenti mendadak.

Saya juga berpikir, apakah mereka yang mewajibkan bergamis lebar itu tidak memperhitungkan profesi ibu-ibu lainnya? tidak semua punay pekerjaan atau aktivitas yang bisa dilakukan dengan lembah lembut atau berjalan perlahan-lahan. Bagaimana dengan penjual sayur di pasar, penjual jamu, kurir antar jemput anak sekolah, dsb. Bukankah mereka juga muslimah? apa benar mereka semua salah?

Akhirnya saya merenung begitu dalam. Kerisauan atas baju ini malah membuat hati saya gelisah bahkan mengganggu ibadah. Terlebih tidak punya stok sama sekali baju tersebut, akhirnya harus beli baru kan? beban pikiran bertambah lagi, saya harus mengumpulkan uang untuk beli baju baru.

Ah, saya berpikir lagi, merenung lagi. Meminta maaf atas segala keterbatasanku kepada ALLOH SWT. Beliau jauh lebih mengerti keadaan hamba-Nya. Asal niat baik, insya Alloh sesuai kemampuan menutup aurat ini bisa diterima. Dan begitulah, saya kembali memakai celana panjang saya, dan kaos panjang saya sesuai yang saya punya. Dalam berjalannya waktu, semoga saya diberi kemudahan rejeki dan aktivitas sehingga bisa semakin sempurna dalam beribadah termasuk menutup aurat. Saya pun menghargai semua proses yang dilakukan oleh teman atau tetangga yang baru mulai berjilbab dengan memakai model baju hijaber yang kadang begitu press body. Saya takkan langsung menuding kepala mereka, dan mengatakan Haram meniru punuk unta, ketika mereka memakai ciput jilbab dengan cempol di kepalanya sebelum berjilbab. Saya tak berhak dan tak punya kapabilitas untuk mengatakan semua itu. Semua itu proses. Siapa tahu doa mereka lebih tulus dan lebih terkabul daripada aku.

ya, begitulah, saya harap sesama muslimah saling memahami proses dan saling mengingatkan dengan cara yang lembut. Karena Alloh SWT Maha Lembut, dan Nabi Muhammad itu pun pria yang sangat lembut . wallahu'alam. Mohon maaf jika kurang berkenan. :)

Hobi Aneh : gonta-ganti Nama vs Blogger Template

No comments
Ide itu sangat liar. Berkeliaran kemana saja. Lalu tiba-tiba berhenti di satu titik di majalah, buku, televisi, tahi lalat seorang ibu-ibu atau topi terbang di ruang imajinasi.

Ketika membaca, menulis, memandang, mengamati bahkan melamun tanpa diminta ide itu datang begitu saja. Dan begitulah yang sering terjadi padaku. Ide. Baru. Panik. Ganti nama. Ganti template. LOL

Hobi atau keanehanku ini belum juga berhenti sampai sekarang. Sudah tercatat berapa kali aku mengganti template blog ini, bahkan nama blognya.
Untuk nama blognya biar kurunut sesuai ingatanku.

Nama blog ini, sejak awal membuatnya :
1. Pustaka Madoji
2. Cipta Rasa Karsa
3. Orin's Blog
4. A Note For Share
5. HPR
6. Blue Padi
7. @HeniPR
8. Heni's Lab

Tidak itu saja, aku juga hobi membuat nama brand untuk ide bisnisku atau nama penaku ,yang masih imajinasi juga atau next idea gitu deh.
1. Kriptonik; ini nama bimbelku jaman masih hamil anak pertama
2. Quantum Link
3. Orin [ Jilbab Orin - AksesOrin - Orinesia - Orinizer ]; ini bisnis jilbabnya beneran kugeluti
4. Blue Padi
5. Perca Manik; untuk brand aksesoris buatanku tapi rasanya terlalu sempit namanya
6. Kedai Hobi ; akhirnya ini yang bisa mewadahi penasaranku pada handmade craft ya ? LOL
7. ABY [ Ayo Belajar Yuk]; karena jualan kartu baca, jadi bikin page ini tapi berhenti
8. Dapur Keluarga; walau mustahil, siapa tahu bisa buka bisnis kuliner
9. D'Spring Chicken; maksudnya biar selalu segar dan bikin handycraft lucu
10. Chemistory ; pengen jualan merchandise khas kimia
11. Heni Hand
12. Heni Handmade
13. Chick Hijab Store ; ide waktu mau jualan jilbab
14. Next School ; rencananya bikin EO edukasi, jaman masih hamil anak pertama juga
15. Kartini Educare ; maunya bikin lembaga pelatihan dan edukasi buat ibu-ibu
16. Madoji Collection ; madoji = mamanya aldo dan aji
17. BaBe BeTi [Bacaan baru dan bekas Berkualitas Tinggi] ; rencana pengen bikin tokobuku baru & bekas

Begitulah, ide membuat nama brand biasanya terbentuk karena suasana hati kala itu. Dan seringnya seketika ada nama baru muncul, langsung deh aku bikin blog baru, twitter baru dan page facebook baru. Serasa takut username-nya nanti keduluan orang. Padahal ide itu belum terealisasi. Aduuh dasar heni ! *toyor kepala sendiri*

Selain sering ganti nama ini itu, aku juga sering cepet ganti BIO di twitter. Dan keponakanku sampai illfeel melihatnya. Dibilangnya aku ini tante alay, dikit-dikit ganti bio. Malu juga bok, umur lebih seperempat abad. wehehehe.

Yaudinlah. Namanya hobi, biar aneh ya tetep hobi. Seperti kali ini. Blogku sudah ganti lagi template baru. Rasa-rasanya sih paling cocok dah. Look clean dan rapi nih blog jadinya. Link free blogger templatenya disini nih.  Namanya juga kuganti jadi Heni's Lab. Sebagai cikal bakal dan pemunculan lagi hasrat terpendamku sejak dulu untuk jadi peneliti dan tua di laboratorium. Juga sebagai mood booster agar lebih semangat buka aneka buku kimia itu lagi, sebagai persiapanku meneruskan studi di bidang kimia. Biar beneran bisa masuk lab lagi, amiin.

ya, begitulah kisah hari ini. Setelah seharian berjibaku dengan urusan bersih-bersih rumah. Dan dua pekan kemarin berjibaku dari dokter ke dokter karena si kecil opname. Dalam segala keanehan yang terjadi, alhamdulillah kedua anakku, aku, suamiku dan keluarga besarku sehat semua hari ini. Allahu Akbar.

endingnya, karena kebanyakan ide jadi bingung sendiri. maka sepertinya aku putuskan saja, nama penaku [kayak udah punya buku aja, iya rencananya, hehhe] ya nama lengkapku sajalah. Siapa tahu nanti aku nulisnya buku latihan soal. Kan lebih enak nama lengkap, biar mahasiswaku pada kenal [aduuh, amiin beneran jadi dosen, jadi profesor hihihi]. Lalu untuk jualan, ya terlanjur berkibar dengan nama Jilbab Orin, mungkin akhirnya berakar pada nama Orin inilah, mungkin :-)

Oke.
Salam sehat semuanya ya.
jangan merokok - jangan pake HP saat berkendara - sayang nyawa bookkk :)
Thanks for reading :-D