GUNDAH

No comments
Hari ini, banyak sekali lintasan hati menyeberang memenuhi isi kepalaku. Sampai-sampai aku perlu berkonsentrasi lebih dengan menyebut asma ALLAH ALLAH ALLAH, TOLONG BERI AKU KESELAMATAN. Ketika aku di jalan raya, naik motor sendiri atau bersama si kecil, tadi.

Alhamdulillah. Urusan demi urusan selesai. Aku harus beli token listrik, alias pulsa listrik untuk persediaan sebulan nanti. Lalu lanjut ke toko kain yang menjual perlengkapan pramuka. Aku membeli buku SKU, bet semanggi dan bros topinya untuk pramuka anak SD laki-laki. Sudah bertahun-tahun nggak nyentuh pramuka, sudah lupa atribut yang harus dipasang, mungkin aku perlu googling dulu supaya tahu nanti dijahitnya di sebelah mana baju anakku.

Singkat cerita,
Pulang dari "toko ke toko" tadi, aku berkutat kembali dengan komputer. Beberapa kali harus ber-sms untuk membenahi kesalah pahaman dengan pembeli produk Jilbab Orin. Lalu menjawab sms dari patner di Jombang, tentang harga jual dan harga beli. Hiah...inilah lika liku pedagang.

Terlebih lagi, sempat dipanaskan hati oleh sebuah komunitas bisnis di rumah. Yang ngejagoin BISNIS ONLINE. Jadi panas banget. Masa ada artikel atau semacam ajakan, "SIAPA YANG INGIN DAPAT RATUSAN JUTA RUPIAH DARI RUMAH?"
"SIAPA YANG INGIN MENGIKUTI JEJAK, MENJADI EKSPOSTIR DARI RUMAH?"

kan jadi panas membara hati ini :)

Daripada berkutat dengan bisnis plan terus, aku klik Yahoo, agar bisa ber-YM dengan adik. Chatting dimulai.

Di rumah ibu, ada yang musti dibenahi. Segera. Dan semoga bisa dengan segera. Aku menghela nafas berkali-kali. KArena hanya itu saja yang bisa kulakukan sekarang. Pergi kesana, tentu sedikit sulit, karena anakku masih batuk, dan malah ada ekskul futsal nanti sore. Dan jika nekad pergi kerumah ibu pun, nanti pulangnya bisa malam, jangan-jangan hujan. Atau berangkatnya nanti, naik angkot, eh angkotnya tak datang-datang. Kuputuskan tetap di rumah saja. Mungkin nanti malam, aku menelepon ibuku, mungkin. KArena biasanya ada trouble di telepon rumah ibuku, atau di hapenya yang jarang dikeluarkan dari tas.

Kembali ke rumah. Kuamati lalu lalang tetangga dekatku. Wajahnya sering cemberut akhir-akhir ini. Something wrong?
Ah, susah nian hidup jadi orang Jawa. Kalau sering ngobrol ngalur ngidul, sambil ngedumel bareng --- tampak begitu akrab.
Giliran kita mengtahbiskan diri, menjadi mom-preneur, yang sibuk di dalam rumah dan nggak keluar rumah kecuali sesaat --- itu wajah-wajah tetangga berubah mimik jadinya.

Apa karena anak bontotku berulah, sering mengajak anaknya main kesana kemari?
yah tapi..
itu resiko lah..
seperti halnya ketika anakku masih kecil dulu. Aku-lah, si ibu, yang harus repot ngikut kesana kemari, dan sebel sama teman anakku yang udah gede dan gak didampingi ibunya lagi.
Resiko yang punya anak masih kecil gitu kan..
Yang anaknya gede mah udah bebas. KEmarin-kemarin kita kan juga repot sama seperti anda?
"Ini sih versi dalam hatiku sendiri"

Aku tak mau ambil pusing lah.

Hanya saja. Semua yang sudah terlanjut kutulis di atas, toh masih membuat hatiku menjadi gundah. Ah mungkin ada hiburan nanti di lapangan futsal. Semoga.

Anakq CURHAT ----- My Oh My..............

No comments
Kemarin senja, di atas dipan bambu, anak sulungku - 8 tahun merebahkan kepalanya di pangkuanku. Air matanya sesekali mengalir pelan. Ketika mencurahkan isi hatinya habis-habisan.

What a Moment!!!

Mendengar anak bercerita, walau terpatah=patah,
tentang sedihnya dijahili terus sama adiknya-4 tahun-,
tentang sedihnya jadi korban "bullying" teman sekelasnya
tentang inginnya punya motor mainan kecil Hot Wheel.. dan kamar sendirian bebas adik.

Hatiku haru biru, campur senang, campur bingung.

Senang karena target menjadi tumpahan hati anak, berhasil sudah.

Haru karena, sesal, karena ketika dia masih di perut, keadaan hatiku membuatnya berkarakter seperti saat ini, begitu perasa. padahal dia laki-laki.

Bingung, karena di setiap permintaannya, aku ingin memenuhinya segera, sekarang juga. Namun apa daya, ada batas. Terutama karena alasan klasik : finansial.

Namun, diantara gado-gadonya perasaanku itu, aku sempatkan menyelipkan sebuah kalimat sakti yang insya Allah akan berguna bagi kita berdua kedepannya, antara ibu dan anak

kalimat itu adalah,
"Nah mas, enak mana, ngobrol cerita sama mama, atau main game dan diam saja?"

"Enakan cerita kan?" lanjutku.

Anakku mengangguk.

"HAtinya sekarang lega kan, gak terlalu sedih lagi?"

Anakq mengangguk lagi.

"NAh, mulai saat ini, berceritalah setiap hari pada mama. Atau bapak, atau kelak ke adikmu jika dia sudah ngerti nanti. Mau kan?"

Dia mengangguk lagi.

My Oh My... hatiku menghangat dan menghangat lagi...

Nasi Kuning Kemarin

No comments
Pagi ini berjalan cukup tersendat-sendat.
Ngantuknya bukan kepalang.
Beberapa hari kerja rodi, beresin rumah dll, sekaligus langsung PP LA-SBY. Wah, rekor banget nih,

Alhamdulillah, berhasil juga mendrag my self untuk membuat lauk sarapan. Tempe dan udang bumbu kecap. Dan menghangatkan nasi kuning dari arisan semalam.

Bicara tentang arisan, entah bagaimana respon dan apa yang terjadi di dalamnya kemarin. Aku tidak hadir karena capek luar biasa. Tapi sempat nitip pesan kalau aku tidak ikut arisan putaran berikutnya.

Ya aku sengaja mengeliminasi, kegiatan kampung, yang sampai saat ini masih sering diwarnai ketidakguyuban. Salah satu kegiatan sajalah yang aku gawangi, yaitu pengajian rutin kampung. Targetku bisa rutin mengundang pembicara. INsya Allah, untuk 2 bulan lagi.

Oke, begitu saja. Nanti dilanjutkan kembali suasanan hari ini.
MInimal ada 3 paket yang harus dikirimkan, yaitu : ke Mataram, Kaltim, Jombang,.
Serta pemberitahuan bahwa stok jilbab lukis akan mundur dari jadwal.
Oke. aku ingin hari ini produktif. dari segi apapun. dan lebih kalem ke anak-anak.

I just Did It = BERHASIL !!!

No comments
Hari ini aku bisa berteriak sekencang-kencangnya.
Tentu dalam hati.
Aku BERHASIL.

Berhasil?

Ya, berhasil mengatasi kecilnya hatiku ketika harus berhadapan dengan beliau. Lalu mendengar kalimat-kalimat beliau, yang biasanya bertemakan : NOT ME, NOR MY FAMILY

Kalimat itu bukannya hilang. MAsih ada, tetap. Tapi pencernaan dan responnya inside semakin bagus. HEbat nih. aku bisa dibilang sudah lebih dewasa ya. Atau malah lebih tepatnya, Lebih cuek?

Hm..
Jika itu terjadi, than That is WELL DONE>

pembelajaran dan pelatihan menjadi cuek, sungguh berhasil nian kawan. Daaan...akhirnya itu membuat energi positif terjaga tetap menyala. Produktivitas tidak mandeg, walau bentuknya menjadi tulisan diary, bukan sebuah bros yang bisa dijual. Karena sudah kecapekan boo...dari kemarin kerja rodi beres-beres dan stripping road-show ke LA, plus aksi pasang-pasang pintu kamar mandi secara otodidak.

Last but not least. Saya bangga pada hati saya sendiri hari ini.
GOOD JOB ,
I LIKE IT.

DI SATU MINGGU PAGI

No comments

GELIAT MINGGU PAGI

Mengawali hari Minggu ini aku ingin sekali berbeda. Kemarin malam, Sabtu, Malam minggu, aku sudah all out mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Tujuannya? Ya supaya di esok paginya aku tak perlu melakukan lebih banyak hal.
Ah bisakah??
Aku akan memaksakannya untuk kali ini. Kulirik dapur yang sepi. Dan rencanaku akan kubiarkan sepi untuk beberapa jam nanti. Tapi, rencana sekecil itu saja tidak bisa lolos tereksekusi. Aku harus bangkit, mencoba mengatasi keramaian kecil antara dua anak lelakiku.
Kuhampiri Aldo-anak lelaki sulungku yang berumur delapan tahun. Dia sedang duduk cemberut di sebelah bantal besar bersarung hello kitty hijau yang lusuh. Bibirnya monyong lima senti alias bimoli. Dia sedang berseteru dengan Aji-adiknya, umur empat tahun, laki-laki juga. Tepatnya sedang rebutan mainan dan berdebat ingin membeli berapa mainan baru yang sama atau lebih bagus.
Sumpah. Aku bosan dengan suara anak-anak saat ini. Kalau bisa aku ingin terbang saja. Pinjam singgasana langit. Dan duduk di atas sofa awannya yang empuk. Lalu sendirian dan menuliskan hasratku disana.

Tapi tidak. Bumiku masih memaksaku duduk di pojok kamar. Memandang laptop. Hati bergemuruh. Otak berputar kreatif. Dan telinga yang terpaksa mendengar sedu sedan Aji, kesakitan karena jatuh sendiri.
Aduh mak. Mereka rewel karena lapar?
Itu kemungkinan terbesar, mengingat sejak bayi sudah bisa dianalisis. Nangis tanpa sebab yang masuk akal. Di pagi, siang atau malam hari, bisa berarti lapar.
Dan aku pun bergegas di langkah pertama. Duduk di depan Aldo, meletakkan segelas susu coklat hangat dan roti tawar di depannya. Lalu berucap memerintah, “Bismillah. “ memintanya membaca bismillah sebelum makan. Kuambil selembar roti tawar untuk Aldo dan untukku sendiri. Kucelupkan roti itu kedalam susu dan menggigit bagiannya yang basah. Aldo melakukan hal yang sama. Hanya dia mencelupkan rotinya terlalu banyak. Susu berceceran menetes dari roti, dan membuat kotor kakinya sendiri. Aku diam saja tidak menegur caranya makan. Kutunjukkan saja sambil berucap,” dicelupnya sedikit saja mas.”

Selesai, kami makan masing-masing dua lembar roti tawar celup. Dan menyeruput beberapa teguk susu hangat itu. Kemudian kubereskan roti dan gelasnya kembali ke dapur. Sambil meraih selembar serbet corak biru dan melemparkannya ke kaki Aldo. Sesi pertama beres. Anak sulung sudah sarapan, bukan nasi, tapi minimal perutnya sudah terisi makanan.

Tinggal si kecil. Dia tidak suka acara roti celup-celup atau bubur. Aji ini Nasi n Kecap minded. Nah, aku kembali memaksakan diri tidak melirik ke dalam kamar dan memandang layar laptopku yang sudah berisi beberapa kalimat dengan model fancy di program Word.

Aku masuk ke dapur yang tak berpintu. Membuka kulkas. Mengeluarkan kentang kupas yang sudah kurendam dengan air sejak kemarin sore. Memotongnya kecil-kecil dan menggorengnya. Sambil menunggu matang, kubuka kulkas kembali. Kali ini aku mengeluarkan isi lebih banyak. Daging burger koin yang kubuat by accident kemarin, kecap Bango yang kubungkus kresek karena sebagian isinya sudah kumasukkan kedalam botol refill, dan wadah berisi lombok, tomat ers untuk sesi bikin sambal trasi favorit suamiku.

Belum juga kentang selesai digoreng, Aji menghampiriku dan berteriak,” mama aku maem nasi sama kecap!”
Wah cocok sekali. Karena rencananya aku masak kentang dan daging burger itu jadi SEMUR KECAP. “Oke deh….ini mama masak dulu sayur kecapnya”.

Kutersenyum sendiri dengan nada bicaraku yang ringan. Lalu aku berhenti sejenak dan meletakkan sutilku. Kutoleh ke belakang tempat Aji berdiri. Dan mengangkat tubuhnya. “Nih lihat nih mama masak sayur, “ kutunjukkan ke arah wajan sedang di atas kompor. Aji melengos mencoba menghindari ciumanku. Aku malah makin usil untuk menggigit dagunya. Beres deh. Sedikit mesra bisa melipur lara anak-anak. Aji pun kembali ke ruang tamu, aku kembali melanjutkan memasakku.
Di ruang tamu sudah ada sahabat kedua anakku, Adam- kelas 2 SD-sahabat dekat anak sulungku sebenarnya. Hanya karena sesama lelaki, dan Adam ini sifatnya sabar, jadi bisa klop dengan Aji.

Aldo-Adam-Aji : aku menjulukinya trio kwek-kwek. Hehehe…
Dengan adanya Adam, suasana bisa lebih aman terkendali. Aldo dan Aji punya penengah untuk tidak melanjutkan hobi rebutan dan rusuhnya. Apalagi setelah komputer sudah menyala. Semakin aman.

Semurku sudah matang. Segera kuambil beberapa sendok dan kutuang ke atas nasi yang juga baru saja matang, lalu kusuapi Aji. Semula dia menolak, namun setelah beberapa suap, dia mulai lahap. Kulihat wajah kedua anakku buram semua, belum mandi. Maunya langsung kumandikan saja mereka berdua, tetapi Aji baru makan. Kabarnya kudu menunggu beberapa saat dulu setelah makan, baru mandi. Agar suhu tubuh badan tetap hangat untuk keperluan metabolisme makanan yang baru masuk tadi. Jika langsung mandi, nanti tubuh menjadi lebih dingin.

Ya ini masuk akal. Hanya saja, beberapa lamanya menerapkan ke diri sendiri atau anak-anak, sudah makan langsung mandi : tidak ada efek buruk yang berarti. Tidak sakit perut, tidak jadi perut buncit, tidak terjadi apa-apa.

Kupikir, Minggu saja, ada delay sedikit untuk jadwal mandi is find and fun. Ku langsung masuk kembali ke dalam kamar. Layar laptopku sudah gelap. Aku menyentuh mousepad touch. Dan kembalilah kulanjutkan tulisanku.

Sebelumnya iseng dulu update status di facebook. Dan membuka WINAMP sebagai teman meredam kebisingan di luar kamar. Lagunya itu-itu saja sebenarnya. Lumayanlah.

Kuteguk dulu teh hangat yang baru kuambil dan menggigit sepotong tape goreng. Tercium bau cat pilox menyengat dari jendela di atas lantai tempatku duduk. Suamiku sedang berjibaku dengan sepeda tua bapakku. Sepeda kebo. Sepeda kuno. Memperbaikinya agar bisa dipakai lagi. Supaya ada kendaraan bersehat-ria di pagi hari bersama anaknya. Juga untukku bisa mencari aktivitas unik bersama Aji di kala pagi atau sore hari. Facebookan terus bukan hal yang bagus kan? Walaupun itu sambil jualan, itu masih menyedot berjuta detik waktuku dengan sia-sia sebenarnya.

“Jangan! Adik !”
Kudengar teriakan suamiku kepada Aji. Wah mulai deh berulah si bontot ini. “Ini sudah kering pak catnya, ini boleh, kalau ini?” suara riang Aji semakin merunyamkan masalah.

Aku menengok keluar jendela. Tampak dada suamiku sudah naik turun menahan amarah melihat ulah Aji. Wah wah, kalau sedang bekerja, suamiku ini mudah sekali marah. Susah deh diinterupsi sekecil apapun.

Nah, terpaksa edisi kelima mungkin ya? 
Aku keluar, menarik tangan Aji yang sudah waspada untuk membuat tubuhnya menjadi berat. Tanpa kata kutuntun dia ke dalam kamar mandi, dan kututup pintunya.

“Lho, kok aku mandi se ma?” tanyanya polos. Aku masih diam. Tanganku bergerak melepas kaosnya. Aji berusaha memberontak dengan cara menggigit kaos yang lewat kepalanya. Ku katakan saja,” kalau digigit , kepalamu makin sakit lho” dan aku teruskan saja mencoba melepaskan kaos itu dari kepalanya. Aji pun menyerah.

Langsung byur tanpa babibu lagi. Seperti biasa, Aji akan berteriak-teriak,” dingin…..ga mau mandi, ga mau mandi.” Kulanjutkan mengguyur kepalanya dengan air. “aku gak mau keramas. Ga mau keramas. Mama nakal. Nanti mataku kena sabun.” Teriakan rutin Aji ketika aku mencoba membersihkan rambutnya dengan sampoo.

“Kalau Aji diam, nanti matanya nggak kena. Sudah diam dulu.” Kulanjutkan semua sesi mengoleskan dan menggosokkkan sampo dan sabun. Siap untuk membilas. Kutarik badannya menempel ke perutku. Dan mendongakkan kepalanya. “Ayo lihat atas, biar airnya nggak kenak mata”. Aji menurut dengan desis menggigil seperti anak yang takut tenggelam. Urusan mandi satu anak selesai. Nah kan, kalau sudah mandi dan makan, anak relatif lebih tenang dan tidak mudah cari cara untuk menggoda saudara/ortunya. Karena mereka merasa sudah nyaman dan kenyang. Untuk Aldo, aku tinggal bilang saja. “mas mandi dulu ayo.”
Aldo pun berpamitan pada Adam, “ aku mandi dulu ya Dam.” Dan meninggalkan game hamster yang mereka mainkan berdua, 2 players. Aku tinggal berteriak sedikit dari luar, “keramas!”
“sikat gigi!”
Menyediakan kaos untuk gantinya. Dan kembali masuk ke dalam kamar, melanjutkan menuliskan diary cerpenku hari ini.
Paska mandi dan makan, dua anakku plus Adam, sudah kabur dengan sukarela dan meninggalkan rumah menjadi sepi. Senyumku tersungging di dalam hati. Namun hati masih yakin, sebentar lagi mereka akan segera kembali dan rumahku menjadi ramai lagi.

heppi job? masih dipikirin!

No comments
Bisa dibilang nggak, aku ini terlalu banyak maunya?
pengen ngelakuin ini itu sekaligus jebret dalam satu tempo.
aih aih. karena semuanya itu tampak menarik dan bisa kulakukan.
jadi deh. pengen bisa,
lalu pengen sharing
lalu kalau bisa nih, pengen dijual
hahah...dasar udah kena virus dagang akut !!

oyehhh oyehh...
aku terkiwir-kiwir ajaaaa ngelihat craft, terutama flanel dan wire jewelry.
cuman yoo...butuh modal bowww...

kain flanel
renda
manik
lem
dsb dst etc dll.

kalau nulis kan, tinggal butuh listrik. ya ga?
dan listrik plus pulsa internetnya bisa nebeng sama toko online.

sementara tuh bahan wire jewelry masih ada kan? itu aja yg diterusin mbak Heni yang sering lingluunggg mikirin apa yang bsia dikerjain dulu...

iya iya deh.
sudah diputuskan dalam sekejap mata
apalagi setelah terharu, ada teman penulis yang merindukan noteku. waduh, ini penghargaan besar nih,

tapii...
apa nanti aku gak setengah-setengah, dua-duanya??

kan kata ownernya profresor kerudung Rabbani, kalau mau sukses bisnis tuh, harus itu saja yang dipikirkan sehari-hari. mikirin bisniiiiiiiiiissssss aja. sukses deh dijamin, hehehe

cuman juga...
ketika baca novel NEGERI 5 MENARA nya AGUS FUADI, menulis dia istilahi sebagai bentuk ibadah sosial. Nah lho. hebring kan. udah sosial, ibadah pula. Mantep. Bau surga kayak udah lewat di syaraf hidung :))

haduh haduh
pengennya semua sempurnaaa...
atau minimal, bisa dilakukan..

eiit baru terbersit di hati ini,
bagaimana kalau memilih saja, melakukan apa yang membuatmu heppi??

iya ya
apa coba?
coba deh sebelum tidur nanti aku pikirkan jawabannya..

ya udah pamit dulu deh tiduurr...udah jam 10:54 WIB nih, efek kopi sudah berkurang banyak. dan punggung nih pengen selonjoran. udah seharian ,masak, setrika, nyuci.

for next, aku ingin sekali interaktif dan aktif belajar bersama anak-anakku.
semoga program separasi room bisa berjalan dengan sempurna dan penuh warna. oke cabut cooyy...

Bukan WONDER WOMAN

No comments
Bisa nggak ya, dalam sehari tuh ini yang kulakukan ?

1. ngurusi rumah : masak dst
2. menjadi guru interaktif untuk aldo dan aji ; akademik dan ngaji
3. stay online di toko jilbab onlineku
4. membuat rancangan desain jilbab dan bros
5. mambuat bros kawat dan manik-manik
6. membuat kreasi flanel
7. menulis dan meneruskan tulisanku.
8. masih aktif : sholat malam, ngaji, baca tafsir, dst
9. olahraga
10. bertemu tetangga ; untuk bercakap-cakap hal2 yang baik2 saja, alias no gosip pliiis
11. nemenin suami; dengerin curhatnya, ngasih perhatian, pijet2 dikit

dalam 24 jam, bisa ga ya??

Because of Internet??

No comments

Apakah hidupku berubah sangat banyak karena JILBAB ORIN ?
atau karena ada INTERNET ?

atau lebih spesifik lagi, karena FACEBOOK??

Aku tidak tahu darimana awal mulanya.

tetapi kalau kuingat jauh-jauh hari yang lalu. Sekitar satu setengah tahun yang lalu, ketika aku full di rumah saja tanpa internet, tanpa komunikasi dengan teman lewat cara apapun, aku sering berkeluh kesah kepada suami :

BOSAN
JENUH
SEPERTI MATI SURI, rasanya..

Dan seterusnya.
Padahal pekerjaan di dalam rumah tangga,sedang repot-repotnya.
Satu anak bayi. Satunya baru masuk SD. Tetapi sering sekali aku merasa bosan nggak ketulungan/

NOvel setebal ratusan halaman pun bisa aku lahap dalam 1-3 hari saja.

Dan kehidupan itu berubah sekarang.

Saat ini, hatiku begitu riang, memandang tumpukan buku anak-anak di rumahku, yang berasal dari rupiah demi rupiah keuntunganku menjual Jilbab secara online.

Di teras pun ada benda berwarna merah, yang nyaris selalu sukses untuk membuatku tersenyum. Cantik dan Matic.