Jauh sebelumnya, saya berspekulasi sendiri bagaimana sih ritme kuliah pasca sarjana itu. Yang pada intinya, pasti lebih berat daripada kuliah di tahap sarjana. Pengalaman saya waktu di Kimia ITB itu, ada 2 x 8 jam ada di laboratorium tiap minggunya. Tidurnya hanya 3 jam. Tugasnya banyak. Bukunya tebal semua dan berbahasa Inggris. Dan capeknya sampai mimisan.
|
waktu di laboratorium biokimia |
Ketika saat itu saya bertemu dengan kakak-kakak yang sedang pasca sarjana, sepertinya ritmenya seperti itu juga. Bahkan lebih ganas lagi. Contohnya saja, ketika saya sedang tugas akhir penelitian di gedung Biokimia Medis di PAU ITB, itu kakak kelas pulangnya jam 9 malam lebih. Bahkan subuh kadang harus kembali lagi untuk mengecek biakan bakteri, jamur atau mikroorganisme yang sedang diteliti.
Nah, jika masuk pasca sarjana jurusan Kimia lagi, saya haqqul yakin, pasti akan mengalami ritme belajar dan kerja sekeras itu. Bahkan bagi saya yang sudah 12 tahun lebih jadi ibu rumah tangga, tentu makin gila-gilaan harus mengejar ketertinggalan sekaligus kelupaan terhadapa materi pelajaran kimia.
Itulah yang mendasari, akhirnya saya meloncat pindah dengan nekad [sekali lagi] ke dunia baru yaitu Teknologi Pendidikan (TP). Paling dasar adalah saya yakin tidak bisa membagi waktu dan tenaga dengan baik, jika tetap ambil kuliah di kimia, dengan waktu untuk anak-anak dan rumah tangga saya.
Singkat cerita, saya sampai di gedung kuliah Universitas Negeri Surabaya jurusan Teknologi Pendidikan. Seperti apa kuliah S2 di sini?
Kebetulan, jadwal kuliah saya cuma dua hari, Jumat dan Sabtu. Mulai jam 1 siang sampai maksimal 9 malam. Intensif banget ya sebenarnya. Tetapi begitulah, saya tidak bisa memilih jadwal, karena sudah ditentukan dari pusat. Bagaimana dengan kurikulumnya? ternyata sama saja dengan waktu saya di Bandung itu, semua juga ditentukan oleh pusat. Jadi bahkan referensi kurikulum 2012 yang saya baca sebelumnya di website pasca TP UNESA tidak sama dengan kurikulum 2013. Untung alhamdulillah ada satu mata kuliah yang dihapus yaitu Statistik.
Kurikulum TP UNESA 2013, meliputi teori belajar, cara membuat dan mengembangkan kurikulum, teori dan praktek mengembangkan pembelajaran online, filsafat ilmu dan kebijakan ilmu pendidikan serta pembelajaran mandiri.
Ketika kuliah, para dosen yang terdiri dari para doktor dan profesor, memfasilitasi kami dengan membuka diskusi menggunakan slide power point. Beberapa menit mereka menjelaskan isi power pointnya, yaitu apa-apa saja yang perlu dipelajari, dan buku rujukan apa yang perlu dibaca [kadang perlu juga dibeli].
Setelah itu, hampir pasti, kami langsung diberi tugas untuk mereview buku atau jurnal baik secara individu atau kelompok. Tugas itu berbentuk slide power point dan makalah. Kadang kami hanya perlu mengirim tugas lewat email, menulisnya dalam blog atau harus mencetaknya dalam bentuk handout dan makalah. Kebetulan UNESA belum menerapkan sistim pembelajaran online sepenuhnya, jadi perkuliahan harus ada bukti fisik berupa printout dari tugas-tugas.
Kami tidak hanya mengumpulkan tugas, tetapi wajib wajib dan wajib mempresentasikannya di depan kelas. Kemudian mendiskusikannya dengan teman dan dosen. Begitu seterusnya tugas demi tugas diberikan.
Kehadiran tidak dianggap penting, karena mayoritas mahasiswanya adalah para guru dan pekerja. Terutama bagi guru PNS, mereka sulit sekali untuk membolos saat ini. Karena ada ketentuan waktu minimal mengajar sebagai syarat cairnya insentif sertifikasi dari pemerintah.
Karena jarang bertemu, kami berkomunikasi lewat email, grup whatsapp dan sms/telpon. Untuk mengerjakan tugas juga mudah sekali, karena adanya internet. Buku rujukan juga beberapa berupa e-book, sehingga kami bisa jauh lebih hemat dan mudah. Walau sebenarnya jauh lebih nyaman membaca buku cetak daripada ebook.
Dengan waktu kuliah hanya 2 hari, apakah itu mudah bagi saya?
Oh ternyata diluar dugaan, saya sulit juga membagi waktu. Mengurus rumah, anak-anak, sesekali mengendalikan bisnis online saya, mengerjakan tugas kuliah dan belajar. Apalagi ketika kuliah itu, saya berangkatnya jam 12 siang dari rumah, naik sepeda motor di waktu macet. Sampai di kampus biasanya 1 jam kemudian. Penatnya luar biasa, terlebih di pagi harinya saya biasanya tidak istirahat. Karena harus ekstra memasak untuk anak suami di rumah, menjemput anak-anak, dan menyiapkan mereka agar aman ketika saya tinggal ke kampus. Sering waktu sampai kampus, saya lapar luar biasa karena tidak sempat makan siang. Untungnya saya selalu sempatkan untuk membawa bekal sendiri dari rumah. Jadi sayalah satu-satunya mahasiswi ibu-ibu yang selalu dengan cueknya makan di kelas sebelum kuliah mulai atau di waktu rehat. Cuek aja biar saya tidak kena sakit maag.
|
kebetulan ga bawa bekal, beli nasi bungkus di kantin pasca |
Begitulah, mungkin jika kita ambil kelas pasca langsung setelah lulus sarjana atau ketika kita aktif bekerja sebagai pendidik atau di bidang yang sama, kesulitannya lebih sedikit daripada saya yang full ibu rumah tangga dan malah aktif ke bisnis dan craft. Namanya mendongkrak isi kepala agar bisa konsentrasi kembali itu luar biasa usahanya. Alhamdulillah sangat terbantu dengan deadline. Kalau sudah waktu mepet, eh selesai juga kerjaan saya, hehehe.
|
ada teman asli dari Cina, miss Zhu, dosen bahasa Mandari, Univ. Petra Sby |
Dan alhamdulillah, berkat sebelumnya saya aktif membaca dan update diri secara online, maka ketika presentasi, saya bisa melebarkan topik pembicaraan yang relevan sehingga lebih menunjukkan faktanya. Di awal semester ini, intinya kami masih belajar di pusaran teori. Hobi browsingku sebelumnya juga membantu saya dengan cepat mencara referensi atau gambar yang sesuai dan menarik untuk power point saya. Apalagi ketrampillan blogging saya, sampai bisa bermanfaat untuk beberapa teman yang bahkan belum mengenal blog sama sekali. Begitulah kawan, semua ilmu pasti kelak ada manfaatnya untuk orang lain.
Ini saja sharing saya kali ini, semoga bermanfaat.
Heni PR