Seru banget! Ada Kartu Baca Animasi Seperti Kartu Coki-Coki

3 comments
Ma, lihat kartu Boboi Boy - nya bergerak. 
Panggilan anak saya itu menarik perhatian. Lalu saya mengikuti permintaannya, meletakkan kartu Boboi Boy ke bawah tablet androidnya. Dan voila...terlihat animasi gerakan kartun Boboi Boy sedang bertempur dengan musuhnya. Wah, amazing. Saya pun merekamnya. 



Anak saya bilang kartu animasi ini hadiah dari jajan merk coklat Coki-Cok*. Wah, super. Teknologi canggih, Augmented Reality sudah menyebar dengan mudahnya di masyarakat. Masa depan era digital untuk pembelajaran bisa terbuka lebar nih, itu pikir saya. 

Kenapa?
Saya sebenarnya sudah lama mendengar konsep teknologi AR atau Augmented Reality ini. Saya melihatnya di acara talkshow televisi yang membicarakan tentang kartu animasi atau kartu 4 dimensi buatan Octagon Studio. Kartu karya anak-anak dari Bandung itu cukup menyita perhatian saya. 

Bagaimana tidak. Kartu biasa kemudian menjadi gambar animasi dengan menyorotkan kamera dari ponsel pintar. Wah, jenius. 

Terbayang kan, jika anak kita yang masih kecil-kecil, belajar mengenal huruf dan membaca melalui kartu ini? Saya kemudian menulisnya di blog, tentang kartu 4 dimensi. Seperti inilah tampilannya. 


Ketika kartu bergambar lebah didekatkan kartu bergambar bunga, maka akan tampak animasi lebah terbang ke arah bunga untuk menghisap madunya. Dua kartu ini untuk pembelajaran mengenal huruf, bentuk hewan sekaligus jenis makanannya. Ada suaranya juga loh. Menarik bukan?
Setelah booming kartu coki-coki (nulis merk gapapa kali ya? siapa tau diberi job sama coki-coki, hehehe), saya mulai penasaran lagi dengan teknologi AR dan kartu buatan Octagon Studio ini.

Eh ternyata sekarang makin banyak kartunya loh. Dari tulisan saya di blog juga, saya akhirnya kenalan sama teman yang berjualan kartu ini. Lebih mudah deh dapatnya.

Di bawah ini video cara menggunakan kartu 4 animasi dan jenis kartu yang bisa dibeli dari saya.

Ini video dari Octagon Studio


Kartu Animal 4d (untuk belajar baca dan mengenal binatang)

Contoh tampilan kartu animal 4D


Kartu Octaland 4D (pengenalan profesi)

Tampilan kartu Octaland 4D


Tampilan kartu Octaland 4D

Kartu Animal 4D

Kartu Space 4D (tentang luar angkasa)


Kartu Hijaiyah 4d



Kartu Octaland 4D

Kartu Dinosaurus 4D 

Kartu Transportasi 4D


HARGA KARTU BELAJAR 4 DIMENSI
  1. ANIMAL 4D CARD OCTAGON STUDIO 55.000
  2. OCTALAND 4D CARD OCTAGON STUDIO 55.000
  3. SPACE 4D CARD OCTAGON STUDIO 75.000
  4. DINOSAURUS 4D CARD OCTAGON STUDIO 55.000
  5. TRANSPOR ABC KUASAR STUDIO 65.000
  6. HIJAIYAH 4D ORIONS STUDIO 55.000
Note: harga belum termasuk ongkoa kirim dan bisa berubah sewaktu-waktu.

Tahap sebelum membeli kartu belajar animasi:

1. Baca artikel ini sampai paham.
2. Unduh aplikasi di playstore, keyword : octagon studio (pilih salah satu aplikasi, bisa animal, space,octaland)
3. Jika salah satu aplikasi bisa diunduh di perangkat anda, maka bisa menggunakan kartu ini.
4. Pesanlah kartu sesuai keinginan. Ingat satu kartu belajar animasi harus mengunduh satu jenis aplikasi yang sesuai.
5. Hubungi kontak dibawah ini untuk info dan pemesanan.

INFO DAN PEMESANAN (pilih salah satu):
  1. LINE / TELEGRAM = heniprasetyorini
  2. Whatsapp 087851781356
  3. pin BB 5842E4CD
  4. Facebook messenger ke Heni Prasetyorini
  5. Email: heni.prasetyorini@gmail.com
Note:
Awas kartu tiruan. Sekarang banyak yang beredar dengan harga sangat murah atau ukuran lebih kecil. Kartu saya berasal dari official distributor.

Bagaimana?
Apakah tertarik menggunakan kartu baca animasi ini?
Konon katanya, belajar membaca akan kurang optimal jika hanya sekedar mengajarkan membaca. Menggunakan kartu ini, tentu akan memberikan pengalaman belajar baru dan menyenangkan buat anak. Selain anak mengenal teknologi canggih sesuai jamannya. Anak pun bisa belajar mandiri serta terbiasa menggunakan gadget untuk belajar.

Didiklah anak-anakmu sesuai jamannya. Karena mereka hidup bukan di jamanmu.  (Ali bin Abi Thalib)
Ditunggu ordernya ya :-D 





Tetap Sekolah Atau Homeschooling? Apakah Anda juga Mengalami Kegelisahan Ini?

9 comments

Education is a weapon to change the world (Nelson Mandela).

heni prasetyorini

Tetap sekolah atau homeschooling? Apakah ini sudah saatnya memilih yang lebih baik dan terbaik untuk pendidikan anak-anak saya? Bagaimana sebaiknya? Saya mencoba menelusuri kegelisahan saya ini. Jika anda mengalami hal yang sama, marilah kita berbagi cerita.

Saya adalah saksi nyata betapa pendidikan bisa mengubah kehidupan. Keluarga kami dulu dalam kondisi ekonomi, sosial dan pendidikan yang di bawah rata-rata. Ibu tidak sempat ikut ujian kelulusan SD, bapak hanya mengenal calistung di Sekolah Angka Loro (2 SD). Yang mengagumkan adalah, ibu dan bapak kami mempunyai komitmen yang sama yaitu memperjuangkan pendidikan anak-anaknya. Ibarat kata, makan seadanya, baju ala kadarnya,  asal bisa sekolah.

Dan alhamdulillah berkat kerjasama keluarga, pendidikan dari sekolah bisa meningkatkan kehidupan kami baik secara ekonomi, sosial maupun intelektual. Dalam keluarga kami yang terdiri dari 9 anak, sudah ada yang sampai menjadi professor, doktor, master, sarjana dan diploma. Sebuah pencapaian di luar batas imajinasi rakyat jelata biasa, dikarenakan pendidikan yang baik.

Sekolah, dalam hal ini sekolah formal, adalah institusi penting bagi keluarga kami. Tidak ada opsi lain mendapatkan pendidikan kecuali dari sana. Namun dalam perkembangan jaman, pandangan ini ternyata berubah. Di jaman kreatif ini, belajar atau mendapatkan pendidikan tidak lagi hanya bersandar pada sekolah formal. Belajar tidak hanya dicapai dengan berangkat pagi ke sekolah. Bahkan di rumah saja pun bisa. Seperti halnya konsep belajar di rumah atau di tempat non formal lainnya. Konsep ini dikenal dengan beberapa istilah: home based education, homeschooling, flexi school, mobile school, traveling school dan penamaan lainnya yang mengikuti cara para praktisi pendidikan di luar sekolah.

Saya sudah lama mengenal konsep homeschooling (HS) dan berinteraksi dengan beberapa ibu yang mempraktekkannya di rumah. Sungguh menarik konsep yang diusung, antara lain:
1. Belajar adalah hak anak, bukan sekedar kewajiban.
2. Setiap anak unik, tidak bisa belajar dengan cara yang harus sama dan kecepatan belajar yang sama.
3. Pentingnya kemerdekaan belajar.
4. Belajar dengan alam.
5. Mengarahkan anak sesuai minat, bakat, passion dan kompetensinya.

Walau sudah tertarik dengan konsep HS ini, saya masih mengirimkan anak-anak saya ke sekolah formal. Bukan karena tidak percaya kebaikan HS, melainkan belum punya nyali. Saya tidak punya nyali sebagai guru tunggal untuk anak-anak saya. Saya cemas tidak akan bisa konsisten atau istiqomah mengajari anak-anak belajar seperti di sekolah formal. Terlebih pelajaran agama islam. Saya yang berlatar belakang belajar di sekolah negeri sejak kecil sampai besar, sedikit sekali berkesempatan belajar ilmu agama. Mengirimkan anak ke sekolah swasta berbasis islam, adalah pilihan terbaik saya dan suami.

Kami mencoba bertahan dengan segala kekurangan dan ketidakcocokan yang terjadi di sekolah. Dan sebisa mungkin meng-cover-nya di rumah. Dengan tetap berpandangan seperti ini:
1. Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Sebagus apapun sekolah, pasti ada kekurangannya.
2. Guru juga manusia, wajar jika ada yang salah.
3. Namanya sekolah ya begitu. Tertekan, di-bully teman, capek, bosan. Itulah fakta hidup. Nanti jika sudah bekerja ya begitu ritmenya sama. Capek, bosan, tertekan.


Akan tetapi semakin hari pandangan saya itu seperti bertanya pada diri saya sendiri. Benarkah begitu? Benarkah ketika kerja nanti kita bakal capek, bosan, tertekan? jadi harus dibiasakan sejak kecil. Sejak di jaman sekolah untuk bisa mengatasi dan bertahan pada keadaan capek, bosan, tertekan di sekolah?

Bisakah kita kelak bekerja dengan senang, bersemangat walau sedang capek dan menghadapi deadline? . Bisakah kita belajar dengan gembira, penuh rasa ingin tahu, ringan, terus menarik, terus menimbulkan rasa penasaran dan kemudian EUREKA!!! berteriak girang karena menemukan jawabannya dari belajar?

Bisakah saya mengubah pandangan ini demi anak-anak saya, supaya bisa hidup lebih baik, bahagia dan bermakna?

Ketika sekolah punya ritme : belajar di sekolah - pulang bebas main game - libur bebas menganggur.
Ketika bekerja punya ritme : bekerja di kantor - pulang nonton TV - liburan tidur sepuasnya.
apakah kedua ritme hidup seperti diatas, adalah yang terbaik?

Bagaimana jika dibalik?
Belajar dan bekerja sesuai minat dan bakat. Sehingga sepanjang hari seperti melakukan hobi?
Tidak ada hari libur, kurang tidur itu semuanya masih terasa menghibur.

Pertanyaan semakin banyak yang bermunculan, "benarkah yang kulakukan ini?".
Apakah mengirimkan (memaksa) anak ke sekolah itu terbaik buat mereka?. Apakah beberapa kali mereka menangis minta sekolah di rumah saja itu berasal dari sanubari anak saya yang paling dalam? Bukan hanya karena kecewa dengan teman atau gurunya? Apakah selama ini anak-anak saya merasa dan memendam rasa tertekan di sekolahnya? Sehingga ketika bangun pagi di hari biasa begitu susahnya. Tetapi ketika bangun pagi di hari libur begitu cepat dan cerianya?. Apakah mereka sebenarnya kewalahan? sehingga setiap akan berangkat sekolah dan dijemput pulang sekolah, selalu berkata, "aku capek,ma."

Saya banyak merenung belakangan ini. Ada rasa cemas bahwa sistim belajar di sekolah anak saya sekarang malah kontraproduktif. Tanpa terasa memadamkan potensi dan passion mereka. Karena harus berjuang susah payah memenuhi nilai KKM hasil ujian sekolah. Walau saya berusaha menerapkan ke anak, " yang penting kamu suka belajar, ingin tahu, mencari tahu dan berbagi tahu. Tidak penting nilai berapa". Namun tuntutan sekolah dan respon guru terhadap nilai ujian anak saya, cukup menambah pikiran juga.

Apakah anda mengalami hal yang sama? Ataukah saya pribadi yang bergulat dengan pikiran ini sendiri? Ah entahlah. Saya sedang tidak bertujuan membandingkan Sekolah vs Homeschool secara umum. Lalu menganggap buruk salah satunya. Saya percaya Sekolah itu penting. Namun mungkin, dengan karakter anak-anak saya, dan bakatnya yang mulai terlihat, mereka kurang pas jika harus belajar secara klasikal dan seragam di sekolah formal.

Untuk mendapatkan jawaban dari kegelisahan ini, saya memilih untuk lebih aktif melakukan riset. Saya pun membuat status di facebook tentang hal tersebut, karena bertanya di sosial media masih menjadi cara paling efektif untuk mencari link networking. Dan itu benar.


 Alhamdulillah respon cepat dari teman-teman saya di facebook. Beberapa teman menge-tag nama temannya yang mempraktekkan HS. Dalam hitungan jam, saya bisa berkomunikasi dengan mereka, praktisi HS di Surabaya. Saya bertanya dan meminta dimasukkan dalam grup di whastapp. Saya ingin berkumpul, bertemu, bicara dan melihat keseharian mereka. Saya ingin mengumpulkan data sebanyak mungkin dengan melibatkan anak dan suami juga. Untuk kemudian memutuskan mana yang terbaik untuk pendidikan anak-anak saya. Bagaimana dengan anda?




Optimalisasi Potensi Wisata Surabaya Dibahas Seru di Sunday Sharing Surabaya #14

15 comments
Orang Surabaya, berwisata di Surabaya? Kenapa Tidak?!!
Saya ini asli Surabaya, karena lahir dan tumbuh besar di kota ini. Tapi bicara tentang pariwisata di Surabaya, hampir tak pernah terbesit di benak dan imajinasi saya pribadi. Kota kelahiran jadi tempat wisata?

Bagaimana mengoptimalisasi potensi wisata Surabaya?

Bagaimana sebenarnya Surabaya Sekarang, Kini dan Nanti?
Tema ini jadi topik seru di acara Sunday Sharing Surabaya #14 yang diselenggarakan oleh komunitas blogger Blogdetik Surabaya  

Hari Minggu, 20 maret 2016 lalu, bertempat di kantor QWords.Com, Gedung Intiland Tower Jl. Panglima Sudirman Surabaya, acara Sunday Sharing Surabaya  kembali digelar. Sepertinya bakal jadi basecamp baru nih kantor Qwords. Seneng juga jika benar begitu, selain mudah diakses lokasinya, juga kalau ke sana bisa mampir ke perpustakaan Balai Pemuda Surabaya dulu.

Nyari buku :)



FORKOM Surabaya
mbak Esti dari FORKOM


Acara pertama diisi oleh mbak Esty dari Tim Kreatif Forum Komunikasi Pengelola Obyek Wisata Surabaya (FORKOM). Mbak Esti menceritakan pengalamannya yang "berdarah-darah" ketika bekerja di FORKOM, untuk mengedukasi masyarakat tentang betapa besar potensinya obyek wisata di Surabaya. Juga tentang betapa banyak kendala yang dihadapi, terutama mengubah mindset warga Surabaya tentang wisata kota.

Iya nih, saya jadi ingat. Sejak jaman SD, ketika ada acara perpisahan kelulusan, pasti acaranya berwisata ke luar kota. Kalau jaman saya ya ke Malang. Sampai saya mempunyai anak, ketika mereka berwisata kelulusan juga pasti keluar kota. Kalau tidak ke Malang, ya Mojokerto. Sedangkan keponakan yang sudah SMP ke atas, wisatanya bisa sampai ke Bali. Kenapa tidak ada opsi wisata ke Surabaya ya? padahal jika ditelisik banyak tempat yang bisa menarik dan nyaman untuk didatangi.

Mungkin karena masih adanya mindset bahwa piknik adalah pergi (jauh) dari rumah?
Bisa jadi. 

Mbak Esti menyampaikan gagasannya untuk bisa menarik wisatawan ke Surabaya. Baik itu wisatawan dari luar kota, luar negeri atau bahkan dari orang Surabaya itu sendiri. Beliau ingin membuat even hari Pahlawan sebagai daya tarik

Jadi, idenya mbak Esti itu begini. Ambil saja, di bulan November. Karena bertepatan dengan hari pahlawan, maka semua orang memakai baju pahlawan. Semua pihak baik itu kantor, shopping centre, tempat wisata, semuanya memakai baju tersebut. Dan dibuat satu acara sehingga menarik wisatawan. Semua perangkat disiapkan. Bis wisata lengkap dengan seragam pahlawan, rute wisata berkaitan dengan hari pahlawan dan lain sebagainya. Anggaplah seperti acara Surabaya Shopping Festival (SSF) yang dilakukan di bulan Mei  . Itu serentak semua tempat belanja, melakukan promosi besar-besaran mendukung festival belanja tersebut. Yang ternyata bisa menarik wisatawan dari luar kota untuk datang ke Surabaya dan belanja. Kenapa tidak, jika kita terapkan untuk konsep lain, misalnya Hari Pahlawan?

Eh, usul mbak Esty ini menarik juga ya. Ketika saya browsing, ternyata info SSF ini dipajang di website wisatadimalang.com. Orang Malang sendiri malah menarik wisatawan untuk datang ke Surabaya?. Nah loh. Dari sini bisa dilihat, besarnya potensi wisata di Surabaya jika digaungkan serentak dalam satu waktu. Semoga idenya bisa terealisasi ya mbak Esti. 

Pembicara kedua, adalah mas Ipung penulis buku Surabaya Punya Cerita. Berbeda dengan mbak Esti yang pembawaannya serius, mas Ipung ini ceria sekali. Dan cocok dengan judul bukunya, dia suka sekali bercerita. Bahasanya enteeeng saja mengalir. Seumpama nggak di stop gitu nggak bakal brenti, hehehe. Mas Ipung punya koleksi foto, video yang unik, menarik dan Surabaya banget. Jadi penasaran pengen baca bukunya. Selengkap apa ya isi ceritanya tentang Surabaya?

mas Dhahana Adi alias Ipung, penulis buku Surabaya Punya Cerita
Mbak Esti punya ide Serentak di hari Pahlawan. Mas Ipung lain lagi idenya. Dia ingin sekali menjadikan Kampung-Kampung di Surabaya ini menjadi destinasi wisata. Semakin jadul, unik, asli kampungnya, maka semakin layak di jadikan Kampung Wisata.


Wah, wah keren banget ya jika itu bisa terjadi.  Selain kampung, mas Ipung juga mengenalkan potensi wisata dari pabrik pembuat makanan ciri khas Surabaya. Misalnya pabrik kecap cap Jeruk, pabrik tahu dan beberapa tempat lainnya. Wah kecap cap Jeruk? itu kecap favorit saya dulu waktu kecil. Tapi sudah bertahun-tahun tidak saya temui lagi di pasaran. Kecap cap Jeruk ini biasanya dikemas di botol kaca. Cukup beresiko pecah. Apalagi kompetitor sekarang sudah ada kecap dikemas botol plastik aatau kemasan refill. Tapi tak disangka, di satu toko kecil, saya malah menemukan kecap ini. Langsung saja saya beli, buat nostalgia dan mengenalkan rasanya ke anak-anak saya.


makanan khas surabaya
kecap asli dari Surabaya

Beneran kok, di Sunday Sharing kali ini banyak gagasan kejutan yang nggak pernah sekalipun kepikiran di kepala saya. Dan jujur saja, saya tidak menyangka bahasan tentang wisata di kota kelahiran saya ini, bisa jadi begitu serius.


Ini tampak dari sesi diskusi dan sharing oleh teman-teman yang hadir. Termasuk mas Adi Cipta, seorang Game Developer dari Surabaya. Dia mengatakan sulitnya mengakses website khusus dan resmi yang berisi informasi destinasi wisata Surabaya yang akurat dan berbahasa Inggris. Untuk apa? hal ini diperlukan ketika ada orang asing dari negara lain yang ingin datang ke Surabaya. Mas Adi ini sering ikut traveling bahkan sampai ke luar negeri. Ketika dia menyampaikan asal dari Surabaya, orang luar negeri akan bertanya, "Oh Surabaya. Tempat apa saja yang bisa kami kunjungi? apa saja yang menarik? dimana kami bisa melihat informasinya? ada websitenya?". Dan ketika sudah ada pertanyaan ini, mas Adi kecewa, karena belum ada wesite resmi, lengkap dan terupdate. Yang ada masih blog personal orang, yang ditulis dalam bahasa Indonesia. Itu pun belum lengkap dan hanya berdasar pengalaman penulis blog tersebut.


Mas Adi menyayangkan, terbuangnya peluang menarik wisatawan asing karena belum lengkapnya informasi dari kita sendiri. PR selanjutnya adalah membuat website khusus tentang destinasi wisata Surabaya atau apapun tentang Surabaya dalam bahasa Inggris. Sehingga bisa menjadi acuan oleh calon wisatawan asing yang ingin datang ke Surabaya.


mas Adi Cipta (biru), Game Developer mengenalkan Waroong Wars game
Mengenalkan potensi sesuatu entah itu kota, tempat, budaya dan negara  memang harus dilakukan dari segala lini. Mas Ipung dengan bukunya Surabaya Punya Cerita, yang menuliskan tentang heritage dan sejarah Surabaya, sekaligus kreatifitas Surabaya. Mbak Esti yang aktif di lembaga Forkomnya. Juga mas berblankon yang mengelola fanpage Kabar Surabaya. Termasuk yang dilakukan oleh mas Adi Cipta dan teman-temannya yang membuat game Waroong Wars. Game ini mengenalkan jenis makanan khas daerah Jawa Timur. Dari bentuk game animasi, akhirnya Waroong Wars dijadikan bentuk Board Game yang menarik. Kami diberi kesempatan untuk mencoba bermain bersama. Mirip permainan kartu monopoli, hanya strategi permainannya berbeda. Biarpun sebagian dah jadi ibu-ibu dan bapak-bapak, main game ini seru juga. Sampai teriak-teriak karena ingin mengumpulkan poin. Saya ikut juga mainnya :)



saya ikutan foto akhir ini, sambil menahan lemas, keringat dingin dan sakit perut :D
Tak terasa waktu pun berakhir. Mungkin karena keasyikan main Waroong Wars game, saya jadi telat makan siang, jadinya saya keder tidak karuan. Setelah berfoto bersama, saya berhenti dulu barang satu jam untuk mengumpulkan tenaga. Agar bisa naik sepeda motor lagi sekitar 20 km ke rumah. Untung saja, mas Ipung punya stok film lawas yang lucu-lucu. Setelah nobar dan ngikik bersama barang setengah jam, saya pun kuat lagi untuk pulang. Terapi tertawa itu manjur juga ya kayaknya?

Sepulang dari acara ini saya jadi keranjingan mencari tahu tentang Surabaya. Bahkan juga kepikiran, ide apa ya? bikin apa ya biar orang teringat lagi ciri khas kota Surabaya. Dan tentu saja, menggali ide bisa saja jadi aneh dan gila. Tapi tak mengapa kan?

Saya pun kepikiran untuk bikin bisnis Es Ganepo Surabaya. Es ganepo adalah sebutan es mambo oleh orang Surabaya. Sampai sekarang, es ini masih laris di pasaran.  Ide saya, nama varian es ganepo ini mengambil nama destinasi wisata Surabaya. Biarpun dimulai dari freezer kulkas saya yang imut-imut, ide ini oke juga kan untuk dikembangkan. 
Yang penting bisa Suroboyo banget rek!

varian es mambo



Nyucup Es Ganepo disek Rek!  #tagline :)


puding dan es
Es ganepo adalah bagian dari Tombo Amis Project (my newBiz)

Sekedar ngobrolin potensi pariwisata di Surabaya, ternyata bisa menumbuhkan bisnis baru yang ekonomis. Akan sangat dahsyat ledakannya ketika banyak pihak yang meramaikan target optimalisasi potensi wisata di Surabaya ini. Dan jangan sedih, sudah ada teman-teman blogger saya yang melakukannya. 

Mbak Yuniari Nukti and the gang, ternyata sudah mempunyai agenda untuk mengekplorasi kota Surabaya. Di instagramnya dia membagi hasil jepretannya pada tempat-tempat yang indah dan ngehits di Surabaya, yang bisa banget dijadikan destinasi wisata. Salah satunya videogram ini:
Jadi, AYO KE SURABAYA  !



Apa Yang Sebenarnya Terjadi Ketika Seorang Guru dari NTT Menghubungi Saya?

2 comments
Sebuah permintaan pertemanan datang dari akun pribadi saya di Facebook.
Kosmas Baos, NTT. Nusa Tenggara Timur?

Namanya cukup asing. Sempat saya kira ini hanyalah spam. Namun saya menahan diri dan menyelidiki profil beliau. Saya lihat mutual friendnya adalah dosen saya, kajur saya di S2 TP Unesa. Oh, mungkin beliau adalah teman kuliah sekelas saya, Anggelina Morantri Bili asal NTT. Saya pun menerima permintaan pertemanan itu.

Sesaat kemudian, beliau pun menyapa di timeline saya lalu mengirimkan pesan di inbox saya.
Saya (sekali lagi) dikira dosen :)


Pertanyaan kiraan bahwa saya adalah Guru atau Dosen sudah lazim saya terima. Dan sekali lagi saya menjawabnya, bahwa saya bukan dalam profesi formal tersebut. Ternyata bapak Kosmas ini bertanya lagi, saya bekerja di kantor apa?. Waduh saya semakin suudzon, buruk sangka. Saya menjawab balik dengan pertanyaan.

Ternyata beliau butuh buku pelajaran :)
Alhamdulillah, ternyata sangkaan buruk saya tidak benar. Bapak Kosmas Baos ini menghubungi saya, karena membutuhkan buku pelajaran untuk anak didiknya di sekolah. Ya beliau adalah seorang guru di SMP Negeri 1 Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.

Saya cukup bingung juga menanggapi permintaan beliau. Karena saya tidak mempunyai akses formal. Bukan guru, bukan dosen, bukan anggota Diknas Kota. Namun saya yakin, teman-teman saya di Unesa dan juga para blogger yang aktif di dunia pendidikan dan sosial bisa memberikan informasi yang dibutuhkan. Dengan alasan ini, saya tawarkan kepada bapak Kosmas Baos untuk mengirimkan data lengkap diri dan sekolahnya, serta permasalahannya untuk saya tulis menjadi artikel. Dari situ saya akan menyebarkan informasi kesulitan yang beliau alami ke berbagai sosial media terkait. Semoga dari salah satu komunitas atau organisasi, bisa membantu. Inilah yang bisa saya lakukan sebagai blogger. Menjadi penyambung lidah. 

Lama sekali saya menunggu balasan dari beliau. Bahkan lebih dari dua minggu. Saya mulai berpikir, permintaannya hanyalah  main-main. Saya pun mengabaikannya. Ternyata tak berapa lama kemudian, ada pesan balasan. Beliau mengirimkan foto dirinya sendiri dan bersama murid-muridnya, serta foto sekolah.
SMPN 1 Lamba Leda (doc. Kosmas Baos)

Bapak Kosmas Baos dan muridnya (doc. Kosmas Baos)

Ah, mungkin pak Kosmas lambat menjawab dikarenakan keterbatasan listrik dan akses internet. Saya ingat cerita teman saya Anggelina tentang kehidupannya di NTT. Bahwa di desanya, listrik menyala hanya pada jam tertentu saja. Kalau tidak salah mulai pukul 12 siang sampai 9 malam, selepas itu listrik dipadamkan lagi. Untuk mengakses internet, Anggelina harus ke warnet yang hanya ada di kota, dan itu harus ditempuh 2 jam perjalanan. Ah, harusnya saya tak berburuk sangka.

Sesuai permintaan saya, beliau memberikan beberapa informasi kesulitan yang dialaminya. Serta yang terpenting, adalah nomer kontak  bapak Kosmas Baos ini untuk dihubungi langsung oleh pemberi pertolongan ataupun pihak terkait. jadi saya tidak menyediakan diri sebagai jembatan antar keduanya, saya hanya membagikan informasi. Saya lakukan ini karena itulah kapasitas saya sekarang ini. 



doc. pri
Jadi, Bapak Kosmas Baos adalah guru di SMP Negeri 1 Lamba Leda, Kab. Manggarai Timur, NTT, Indonesia. Beliau menyampaikan permasalahan di sekolahnya yaitu :
1. Gedungnya lantai kasar
2. Kekurangan buku pegangan guru, khususnya mata pelajaran IPS.
3. Kondisi sekolah kurang bagus
4. Membersihkan lingkungan sekolah masih menggunakan tenaga siswa

Ketika saya tanyakan apakah Diknas terkait sudah mengerti hal ini?
Beliau menjawab dari diknas hanya mendapatkan satu jenis buku pegangan guru. Jika ingin mengikuti olimpiade atau lomba, mereka tidak mempunyai buku lain sebagai literatur.

Saya ingat ada komunitas Hibah Buku yang digawangi oleh Blogger. Ataupun gerakan lain yang bergerak di bidang peningkatan mutu pendidikan dari sarana prasarana. Jika teman yang membaca artikel ini mengetahui informasinya atau ingin langsung membantu, silahkan kontak langsung kepada bapak Kosmas Baos, dinomor HP 082237378889 atau 082236944128 atau di akun facebook beliau Kosmas Baos.



Sebagai disclamer, saya hanyalah penyambung lidah, penyambung informasi dari kesulitan yang dialami seorang guru dari NTT ini, Bapak Kosmas Baos, kepada khalayak ramai. Dengan harapan akan ada informasi yang menghubungkan ke arah pemberi harapan dan pertolongan. Saya tidak dalam posisi sebagai penjembatan antara kedua belah pihak. Jika terjadi segala sesuatu yang tidak sesuai, maka itu diluar tanggung jawab saya. Hal ini sudah saya sampaikan juga kepada bapak Kosmas Baos, dan beliau memahaminya.

Jadi, jika teman punya buku lebih atau tahu komunitas yang bergerak di bidang ini, silahkan kontak ke nomer pribadi Bapak Kosmas Baos di atas. Terima kasih.