Amarah

No comments
Aku baru kembali dari rumahnya.

Berderu dengan degup hatiku yang masih saja memunculkan sedikit amarah.

Siapa yang rela menyaksikan ibunya sekali lagi. Lagi-lagi disusahkan??

Huh. Seberat apa nafas harus kuhembuskan. Memuakkan sekali perilaku mereka itu. Satu per satu mulai menunjukkan wajah aslinya. Satu demi satu membuang kemungkinan terbaik sebagaimana sifat mereka akan berubah.

Duh. dikau. Yang tega saja membuat kepala ibuku terbebani lagi dan lagi. Dan entah kapan bisa berhenti. Duh...aduuh...sudah tak bisa lagi aku berpikir jernih. Amarah ini masih datang lagi dan lagi.

No comments