Officeless Not Jobless

4 comments
Blogwalking ke "rumahnya" mbak Dina Begum (@dinabegum) membuat saya melek rasa. Mbak Dina adalah penerjemah. Cerita beliau tentang awal karirnya sebagai penerjemah membuat saya terinspirasi, bahwa ketekunan pasti membuahkan hasil.

Yang paliing menarik adalah satu foto di sudut bawah blog. Foto mbak Dina sedang memakai laptopnya di meja teras Starbuck. Dibawah meja itu ada tulisan "Officeless Not Jobless".

Kalimat itu kereeen sekali. Dan sepertinya itulah keinginan saya selama ini. Officeless [gak ada kantor tetap] not Jobless [bukan pengangguran, artinya berpenghasilan]. Dan benar, begitulah mbak Dina.

Sebelumnya, saya dan suami sepakat memutuskan, bahwa saya berkarya dari dalam rumah saja. Kenyataannya pun benar-benar dari rumah saja. Di dalam rumah. Tidak kemana-mana kecuali ngantar jemput anak atau belanja dan ke ATM. Tidak ketemu teman. Jarang sekali ngobrol sama tetangga karena menghindari go-syip yang tak habis-habis. Begitulah, setelah rumah sepi, pada berangkat semua. Mulailah menyalakan tivi sebagai teman dan laptop untuk berkarya itu tadi.

Lama-lama menjalani hari-hari seperti ini menghadirkan kejenuhan yang luar biasa. Benar-benar luar biasa efek negatif kejenuhan ini ya. Walaupun sudah berusaha keras menghadirkan penentram hati, bahwa yang saya lakoni ini sungguh mulia, tetapi saja rasa jenuh itu mendera.

Kadang saya ingin seminggu sekali, atau sebulan sekali bertemu dengan teman baru dan belajar hal baru. Sempat saya lakukan dua kali saja di sebuah komunitas handycraft. Itu senangnya minta ampun. Tetapi akhirnya harus terkendala lagi, karena ketika weekend, suami saya pengen istirohat di rumah saja. Atau malah dia keluar kota. Kendalanya saya tidak bisa nitipkan anak-anak jika saya tinggal sekaligus tidak bisa mengajak mereka ke tempat pertemuan handycraft.

Hal ini lanjut terus sampai saya pun tidak mengindahkan lagi adanya seminar, workshop dan lain sebagainya. Dan itu cukup menyebalkan, karena saya suka sekali ada di suasana "belajar" seperti itu.

Memang sih ini juga proses. Pertama proses menunggu saya sampai anak-anak cukup gede untuk ditinggal. Dan proses lainnya sehingga suami, keluarga bisa nyaman ketika saya pergi sendirian tanpa mereka. Saya pun tenang meninggalkan mereka tanpa rasa cemas, kikuk, panik atau merasa bersalah. Ini proses.

Makanya saya sempat irii banget pada seorang makpon KEB yang bercerita tentang acaranya di seminar blogger atau lainnya, sampai terbang kemana-mana. Pikir saya, kok suaminya ngijinin ya pergi kemana-mana sendirian hanya untuk komunitas "blogger" ?

Yah, saya sadar diri juga, ada yang perlu dibenahi dalam keluarga kecil saya ini biar tidak melulu ada di dalam kotak. Begitulah, saya di masa kecil dilarang main hanya boleh belajar atau tidur dan saya nurut. Dan suami saya lebih parah lagi, tidak suka main dan hanya suka belajar di pesantren atau di rumah.

Dulu saya enjoy saja belajar di dalam rumah, lebih banyak berteman dengan buku. Tidak banyak teman nyata, tidak masalah. Tetapi kok ya ada perubahan yang signifikan ketika saya sudah berumahtangga dan mungkin karena memilih tinggal di rumah saja.

Saya merasa butuh sekali teman. Terutama teman yang nyambung diajak bicara dan suka mengajak saya belajar hal baru atau lebih produktif dan kreatif. Teman di dunia maya, tidaklah cukup juga rasanya. Karena sering terbatas oleh jumlah karakter dan waktu luang untuk online.

Maka ketika bertemu emak-emak di KEB, sungguh terinspirasi sekali. Dan walaupun semula saya iri dengki terhadap mereka, hehehe, tetapi akhirnya saya bisa yakin kalau saya bisa juga seperti mereka.

credit
Pagi, setelah rumah sepi, saya ke tempat senam. Lalu berolahraga bersama teman. Pulang dari sana, kami mampir ke toko donat dan kopi terdekat, ngobrol sebentar. Lalu teman saya pulang. Saya tetap tinggal disana, dan aktif dengan laptop saya. Dan bisa berpenghasilan dari laptop itu. Mengetukkan jari di keyboard sambil menyeruput kopi dan menggigit donat manis. Minumnya, makannya dikit-dikit aja, biar awet, hemat, hahaha.

Lalu alarm hp berbunyi. Waktunya saya menjemput anak-anak. Jika saya perginya naik mobil, maka waktu menunggu mereka keluar sekolahan bisa dipakai dengan buka laptop lagi di mobil. Atau jika sedang bosan laptop juga, saya bisa membuka alat-alat handycraft saya.

Dan begitulah, menjadi Officeless, bisa pergi kemana-mana dan bekerja di tempat-tempat yang baru, pasti asik sekali rasanya.

Ah, semoga bisa. Minimal, beberapa bulan lagi, in sya Alloh, di pelataran kampus atau di perpus, saya bisa asik berlaptop ria dan makin produktif ketika menunggu jam kuliah di mulai.

Namun, jika Alloh SWT menghendaki hal lain, atau ga jadi kuliah. Saya sudah siap dengan gaya baru hidup saya, biar tidak monoton, tidak bosan dan tidak lagi menyalahkan istilah menjadi ibu rumah tangga yang di dalam rumah saja. #ayobelajarnyetirmobillagi :D

Bismillah, semoga Alloh SWT memudahkan niat ini. Amiin.

4 comments

  1. Toss, Mak. Kamu bisa!
    Memang anak-anakku udah gede jadi agak leluasa untuk pergi-pergi. Tapi, tahukah Mak, aku sangat bersyukur sewaktu mereka masih kecil selalu kuusahakan meluangkan waktu sebanyak-banyaknya untuk mengurus anak sendiri walau ada baby sitter (dulu aku masih ngantor). Seperti dirimu, aku enggak mau kehilangan momen yang cepat berlalu itu. Sekarang, hati rasanya enteng deh. :)

    ReplyDelete
  2. Maakkk kita senasibb, ga bisa jauh dari rumah, hehe
    Sy juga ga gaul ama tetangga krna bnyk ngobrol yg ga jelas gitu. Sy lebih suka nongkrong di toko, itu pun sering sambil bawa anak. Jarang banget punya waktu me time kecuali pas boyz pada tidur. Lho, kok curcol hihihi
    Maybe belum waktunya kita bebas pergi agak jauhan ke seminar or acara ini-itu selama masih punya anak2 berusia bocah. Maybe samdey mak, tunggu anak2 gedean dikit :)

    ReplyDelete
  3. Mba heen...smga terwujud yaa aamiin. Aku jg home office em terasa jenuhnya, pgn ngobrol sm org pake mulut, ngga pake jari hihi..alhmdlh skrg lumayan ikut senam, ikut iidn smg dan reos smg, ngumpul sekali sebulan...seger!

    ReplyDelete
  4. mak Dedew : nah seger ya, cukup jadi penghibur lah bisa ketemu barang sebulan sekali. tapi kumpul yang bermanfaat. kalau cuma cangkrukan kesana kemari sama teman2, saya kurang nyaman dan segera pengen pulang, hehehe.

    mak Inna : dikau masih lebih riweuh laaah, wong anake masih cil-kecil. anakku dah lumayan gede. nah ini, next year sepertinya ada perubahan, aku tinggalkan mereka sebentar dan semoga semuanya nanti baik-baik saja.

    mak Dina : makasih banget diingatkan. dulu awal ingin di rumah saja ngurus anak, juga biar pondasi mereka kuat, secara fisik, mental, spiritual, dsb. jenuh itu yang bahaya. tapi masa depan cerah dan tenang, okelah sekarang jenuh jenuh dikit, diterima deh, hehehehe

    ReplyDelete