Dengan singkat pertanyaan saya ini dijawab, "begini bu, sepertinya anak ibu kecanduan game. Jadi butuh terapi-terapi khusus oleh orang yang ahli."
"Lah!"
"Lho???!!!"
Saya tertegun dengan jawaban beliau.
Rasa bersalah menghujam saya dan menyurukkan saya tidak hanya jatuh di bawah kursi penonton. Melainkan tembus jauh sampai ke inti bumi.
Dihadapan puluhan peserta seminar ini anak saya langsung divonis kecanduan game. Dan secara tidak langsung saya bagai dituding sebagai ibu paling gagal mengendalikan anaknya terhadap game.
credit |
Benarkah anakku kecanduan game?
Saya pun menghela nafas dan menentramkan hati. Tidak ada kesempatan untuk menjawab kembali dan meluruskan persoalan serta menjelaskan beberapa hal yang sudah saya lakukan selama ini terhadap anak-anak saya berkaitan dengan fenomena game ini.
Sungguh sebenarnya geregetan sekali. Ingin sekali merebut mik dari moderator, lalu menjelaskan panjang lebar. Sehingga diagnosa prematur tentang anak saya itu, bisa diluruskan dengan proporsional.
Saya mencoba menentramkan diri sendiri.
Pertama, tema pertanyaan saya tidak cocok dengan tema seminar yang mengangkat cara parenting umum. Kedua, waktu yang mepet sehingga pembicara memilih cara singkat saja untuk menjawab pertanyaan saya.
qiqiqi sabar ya mak, inilah saya paling ngga seneng kalo ikutan seminar apalagi kalo tema parenting. gampang banget kayaknya menilai orang, sampai-sampai saya pernah mikir, kalo pembicara ini bener ngga sih mengatur anaknya sedemikian rupa seperti yang disampaikan qiqiqi
ReplyDeleteiya nih mbak Shinta. saya jadi kepikiran juga. karena permasalahan game ini sudah bertahun-tahun. sejak anak sulung saya. info dan segala daya upaya telah sy lakukan. tapi ya saya instropeksi diri juga. dan karena anak2 udah pada gede, jadi bisa sy ceritakan jawaban dari pak pembicara itu. dan kami sekeluarga sepakat mencari alternatif kegiatan biar ga melulu menjadikan game sebagai hiburan.
ReplyDelete