Prolog Pagi Ini....

2 comments
Dan cita-cita itu kunamai saja perjalanan.

Jadi, cita-cita itu [bagiku] bukan kutetapkan sejak aku bisa berangan-angan. Tetapi dari serangkaian sebab dan akibat yang kulakukan dan kualami lalu kupilih.

Dengan yang kualami sekarang ini, aku yakin akan lebih bijak memahami cita-cita, terutama untuk anak-anakku kelak.

Jika mereka sekarang ingin jadi pemain bola, pembuat game yang handal atau pengusaha warnet, maka mungkin itu terjadi, mungkin tidak, aku tak perlu risau dari sekarang.

Masa depan, itu bisa jadi misteri yang asyik.

Walau begitu, aku masih kagum dengan mereka yang punya rencana semacam "blue-print" atau "dream-board" dalam hidupnya. Punya berbagai rencana dan cita-cita di setiap bilangan umurnya, lalu bisa melakoninya dengan baik. Dan mereka sukses betul, dalam arti sesuai tepat melakoni cita-cita demi cita-citanya. Beruntungkah mereka?

Mungkin.

Kadang bagiku, melakoni misteri kehidupan lebih mengasyikkan.

Kemarin menangis karena merasa gagal.
Sekarang tersenyum dan bersyukur, untung kemarin gagal, jadi sekarang bisa menemukan hal baru yang lebih mengasyikkan.

Jadi,
mungkin jenis misteri masa depan ini kelak akan dialami oleh anak-anakku. Maka , aku akan bersiap diri menjadi pendamping yang baik untuk mereka.

Bukan instruktur yang ketat dengan jadwal dan rencana pembelajaran di tangan.

Aku terharu dengan tulisan di Jawa Pos hari ini,


Anak Yang Baik
Adalah anak yang menjaga hati ibunya.

Ibu yang Baik
adalah ibu yang percaya bahwa TUHAN-lah yang menjaga anak-anaknya.


Tugasku selanjutnya adalah, memperbaiki hubunganku dengan TUHAN. dan mempraktekkannya dengan lebih tulus dan telaten.


''
Surabaya, 26 Februari 2012, 6:54 WIB
Heni Prasetyorini



2 comments

  1. Salam kenal mbak Heni....
    Saya setuju masa depan adalah misteri, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti.
    Tulisan-tulisan mbak Heni, saya suka !

    ReplyDelete
  2. Salam kenal mbak Ati.
    Terima kasih ya sudah mampir dan baca di blog ini.

    Dan iya, setelah merenung, pagi-pagi, maka saya ikhlas menerjemahkan cita-cita bukan sebagai ambisi yang membabi-buta.

    ReplyDelete