Hari #1-ku Berumur 33 Tahun

1 comment

Kata ibu, aku lahirnya dalam proses yang seru. Malam itu hujan deras. Bapak sedang tugas jaga malam di kantor TNI AL [di Tanjung Perak mungkin, saya lupa nanya dimana kantornya]. Dan mendadak, perut ibu mulas akan melahirkan.

Di hujan malam itu pun, ibu harus diantarkan ke RSAL [Rumah Sakit Angkatan Laut]. Untung saja, ada pakde Di [kakak pertama ibu] yang mengantarkan.

Darurat. Ibu dinaikkan ke - entah bemo atau bajay - semacam angkot. Ibu sendirian di dalam angkot. Jalanan masih berbatu-batu. Sopir angkot memacu kendaraannya ditengah hujan deras. Pakde Di ada di depan angkot, dengan naik motor dan menyalakan lampunya, pakde mencarikan jalan yang bagus buat angkot itu. Sementara ibu, sendirian, di dalam angkot, memegang perutnya mati-matian, menahan agar tidak "mbrojol" di angkot itu. Ah, aku jadi ikutan ngilu dan mules membayangkannya.

Sampailah mereka di depan RSAL. Ibu segera ditolong para perawat, dan dimasukkan ke ruang bersalin. Pakde masih memarkirkan sepeda motornya. Lalu ada perawat yang memberikannya handuk. Rambut pakde bahkan belum kering, waktu diberi tahu perawat lainnya, "pak, bayinya sudah lahir. Perempuan."
Pakde pun berkata spontan, "haa? sudah lahir? kayak kucing aja langsung mbrojol".
Bapak yang masih berpakaian seragam dinas, baru datang ketika aku sudah lahir itu tadi.


Itulah aku.
Oleh ibu, aku diberi nama Heni Prasetyorini.
Nama Heni, karena aku urutan anak kedelapan. Di abjad ke delapan adalah H, maka namaku Heni. Kami total sembilan bersaudara.

33 tahun yang lalu.
Terima kasih ibu,bapak dan pakde. 33 tahun yang lalu aku hadir ke dunia ini. Dan menikmati layaknya manusia hidup. Ada suka, ada duka, ada takut, ada berani, ada optimis, ada pesimis.

Semoga bapak, pakde dan bude di alam sana, bisa selamat dan diberikan tempat yang indah disisi Alloh SWT.

33 tahun sudah aku diberikan oksigen gratisan untuk bernafas dengan sempurna. Aku tak tahu cara mengawali hari ulang tahunku saat ini.

Kemarin, guru mengajiku mengatakan, "kalau ada orang ultah trus dirayakan sambil ketawa-ketawa itu kan lucu sebenarnya. Wong ultah itu artinya umurnya makin habis. Dan makin mendekati jatah umur yang sudah ditakdirkan."

Aku jadi malu ingin merayakan Ulang Tahunku.

lanjut beliau, "Yang pantas diperingati ultahnya di dunia ini cuma dua orang. yaitu Rasulullah Muhammad SAW. Lewat Maulid Nabi. karena beliau pasti sudah dijamin baik sejak lahir sampai wafat. Serta Nabi Isa a.s, karena kelahirannya baik dan pasti baik juga sampai beliau diangkat dan tidak wafat"

Aku lebih malu lagi.

Dan subuh itu, aku mengisinya dengan menanak nasi, menjemur baju setengah kering, serta mengucek baju kotor yang bagus-bagus di teras rumah. Anak-anak belum bangun. Ketika menunggu rendaman pakaian dengan pewangi, suamiku yang sedang keluar kota meneleponku. Dia mengucapkan beberapa doa agar hidpuku makin bahagia dan barakah. Amin.

Aku mengaminkan. Trus lanjut menjemur baju yang sudah harum serta membangunkan anak sulungku agar segera mandi dan shalat shubuh.

Setelah dapur beres dan anak-anak berangkat sekolah. Aku menuju pondok tempatku mengaji setiap pagi. Bertemu teman seperti biasa. Menyerahkan katalog-katalog baju dll yang aku pinjam kemarin. Dan memesan dua macam barang untuk kubayar kredit nanti.

Aku tertawa lepas dan bicara lepas berkomentar, ketika ada teman ngaji yang menunjukkan sehelai tunik berharga 300ribu. "aduh mbaaak, aku stres kalau pakai baju bagus itu... kalau seharga 50ribuan gitu, aku mau. apalagi dibayar 3 kali, wah mau bangeettt..... "
Hahaha, banyak ibu-ibu yang sepakat denganku.
Hanya temanku yang bertanya tadi yang bilang, aku keterlaluan ngiritnya, :P

Aku benar bicara lepas tanpa beban. Tanpa malu. Ya itu benar adanya. Ada yang salah emangnya?

Lalu aku pulang.
Sambil mengambil sebungkus coklat Beng Beng yang berhasil kusembunyikan dari Aji, si kecil pemburu coklat, dan secangkir kopi susu dingin, aku membuka laptop. Online. Facebook.

Dan Alhamdulillah. Ada banyak teman yang memberiku selamat.

Aku benar terharuuuuu betuuulll.
Betul betul senang di hati.
Aduuh banyak juga yang memperhatikanku yaa ternyata. Kubaca nama demi nama satu per satu. Mayoritas dari teman baru, yang kupikir selama ini mengenalku selintas lalu saja. Alhamdulillah, ini hadiah ketiga yang indah.

Hadiah pertama, pasti dari ibuku yang mendoakanku selalu tanpa kuminta.
Hadiah kedua , telepon dari suamiku di shubuh kala.
Hadiah ketiga, ucapan dan perhatian dari teman-teman baruku dan teman lama.

Semuanya menyenangkan dan indah kurasa.

Aku belum menjawab setiap ucapan di facebook itu, satu persatu. Aku berniat menjawabnya nanti. Karena aku harus menjemput Aji di TK-nya.

Bergegas aku memacu motorku kesana. Dan mendapati dua orang ibu-ibu sedang duduk di teras sekolahan menunggu anaknya keluar. Aku menyalami mereka berdua, dan berbasa-basi, "sudah lama nunggu bu?", kemudian aku menarik brosur produk plastik yang trend itu.

Tak lama, ibu di depanku bertanya sambil berbisik.
"mama Aji, mmm.... mama Aji di rumah nggak pakai "mbak" ta?"
[maksudnya apa aku punya asisten rumah tangga atau pembantu]

Kujawab cepat, "nggak mbaak. All alone. aku punya pembantu pas baru melahirkan saja."
"Jadi masak sendiri?"
"lah iya, gak masak gimana dong... tapi masak biasa aja kok. ga bisa yang hebat hebat, hehehe"
"trus kalau antar jemput anak yang gede, ngajak si kecil?"
"iyaa. sejak bayi tuh Aji ikut ngantar jemput mas-nya"

dialog kami putus.
Rombongan anak TK menyerbu pagar.

Aku pulang.
Kembali online dan menuliskan di blogku ini, di hari pertama ulang tahun ke-33 ku ini, aku bahagia sekali bisa dengan bangga mengatakan, menceritakan, diriku ini apa adanya.

Apa adanya dan sederhana saja, dalam balutan cinta yang hangat di samping suami dan anak-anakku, di rumah.

#Hari ini, hari ulang tahunku, 16 Februari :D


ps.Versi cerita aku lahir ini, akan disertakan dalam buku Memoar Kisah hidup Ibuku, yang insya Alloh berjudul DUKUH KUPANG, yang sedang kutulis sekarang ini.

1 comment

  1. Jadi makin tahu kisah mbak Heni. Selamat milad mbak Heni semoga sisa umurnya berkah dan selalu dalam lindungan Allah SWT, Amiin ...

    ReplyDelete