Aku merasa beruntung menemukan buku ini, karena sampai sekarang masih cemas pada hobi anakku bermain game di komputer.
Aku berpikir, bahwa game itu cuman hiburan yang bikin anakku "bodoh" saja. Beberapa kawan ibu-ibu yang menyelenggarakan Homeschooling untuk anaknya sendiri di rumah, mengatakan padaku bahwa, tidak ada salahnya main game untuk anak. Tinggal kita saja yang mengarahkan jenis game dan waktu mainnya. Bahkan game itu bisa jadi alat untuk hadiah atau hukuman bagi anak."
Aku mencoba menerapkan hal itu, tapi masih saja was-was. Dan lalu, aku menemukan buku ini. Isi bukunya lebih menonjolkan pada proses penelitian. Penelitian terhadap para gamers dan non gamers atau boomers. Diteliti efeknya sampai ke dunia kerja.
Buku ini memberikan istilah boomers, bagi para generasi jadul [sekarang sudah pada bapak2] yang booming dengan adanya televisi. Boomers ini seperti halnya aku, suka sekali nonton tivi. Bahkan sejak aku lahir, dan saudaraku lainnya lahir, ibu menyalakan televisi di dekatku ketika tidur agar suara tivinya terdengar seperti teman bagi si bayi. Atau menyuruhku menonton tivi ketika istirahat atau ketika ibu sedang bekerja. Sampai sekarang, di rumah ibuku, sering sekali tivi menyala hampir belasan jam. Mulai bangun tidur sampai akan tidur lagi, baru dimatikan. Generasi ini disebut "boomers" oleh buku itu.
Generasi selanjutnya adalah "gamers", yaitu generasi sekarang ini. Yang terpapar oleh banyak sekali jenis game. Mereka adalah anak-anak atau cucu-cucu kita. Baik masih kecil maupun sudah dewasa. Mereka aktif sekali bermain game.
Oleh para gamers, bermain game tidak hanya sekedar rekreasi. Tetapi tanpa sadar bisa melatih "kepribadian" mereka. Ini yang paling kuingat dari buku ini, dan membuatku berkata, "oh iya ya, ini juga sifat anakku.". Hal-hal itu adalah :
Gamers itu :
1. pantang menyerah.
Itu karena mereka terbiasa bermain game, terus berusaha sampai bisa menang. Jika kalah, akan mengulangi lagi.
2. tidak takut kalah/salah.
Bermain game secara digital, jika salah atau kalah, tidak banyak beban moral yang ditanggung. Tidak banyak yang tahu. Berbeda jika anak bermain bola, salah tendang sudah bisa diolok-olok temannya. Di game, anak tinggal mengulangi lagi proses bermainnya dari awal. Bermain lagi, sampai menang.
3. Fast learning by doing
Berbeda dengan generasi boomers, yang butuh instruksi lengkap dulu baru bergerak mengerjakan sesuatu. Gamers langsung saja membuka game, klik start, dan menjalankan game itu sambil mencari tahu apa yang harus dilakukan. Karakter ini membuat gamers menjadi berani menerima tantangan kerja baru, dan tak begitu risau dengan resiko yang akan ditanggungnya. Mereka selalu yakin, jika gagal di jalan ini , bisa coba di jalan lainnya. Dan itu terus mereka lakukan sampai mereka menang/berhasil.
4. Berani mengambil keputusan.
Dalam seri game petualangan, atau seperti game membangun kerajaan dll, gamers dituntut untuk bisa memutuskan jenis tentara apa, raja apa, dsb agar dia menang. Keputusan itu diambil dengan cepat, tanpa ragu. Dan dia terus bekerja sesuai resiko demi resiko yang muncul.
Pada akhir buku ini, disebutkan, Gamers tidak perlu dicemaskan secara berlebihan. Mereka bisa sukses dengan cara berpikir yang mungkin berbeda dengan generasi sebelumnya. Kita, sebagai orang tua, alias generasi jaman dulu yang non-gamer, tugasnya hanya mencari cara menjembatani antara dunia mereka dengan dunia nyata.
Semoga bermanfaat :D
Halo Mbak Heni,
ReplyDeleteAda award untuk Mbak Heni di blogku. (semoga berkenan).
keren (y)
ReplyDelete