the secret in education lies in respecting the students
Hari Senin depan, sudah terbuka gerbang sekolah setelah liburan panjang. Berkaitan dengan penerimaan siswa atau mahasiswa baru, maka isu lama kembali berkembang. Yaitu isu tentang OSPEK atau LOS atau MOS. Ketiganya memberikan makna yang sama, yaitu suatu kegiatan untuk Orientasi Siswa baru, agar siap masuk ke jenjang pendidikan baru.
OSPEK yang "kejam", aneh, nggak masuk akal, penuh "bullying" dan menciutkan nyali siswa baru, sudah saya alami beberapa kali. Jaman dulu, semakin "kejam", panitia semakin yakin itu adalah cara paling baik dan elegan untuk mempersiapkan adik-adik kelasnya. Biar mereka kuat mental, kuat fisik dan siap belajar adalah alasan yang diambil dibalik hidden agenda sebagai "balas dendam" terhadap perlakuan tak enak dari senior senior sebelumnya. Hal ini terus saja berputar putar seperti lingkaran pemain Roda Setan yang ada di acara Pasar Malam. Serem, bikin deg-degan namun asik jadi "tontonan".
Menyadari resiko besar dan berat dari konsep ospek kejam ini, maka para pemerhati pendidikan dan pemangku kebijakan pendidikan melakukan segala cara agar kita bisa memberikan masa orientasi siswa baru lebih akademis dan elegan.
Siswa baru perlu disiapkan untuk siap memasuki kelas belajar. Maka perlu diberikan pengenalan secara akademis, kreatif dan masuk akal.
Jangan ada lagi tugas menghitung jumlah beras, kacang hijau atau bicara pada spion. Itu tidak masuk akal. Lebih baik, mereka diberikan training cara membaca cepat, mencatat dengan mind map, dll.
[Bpk. Anis Baswedan. Good Morning Net TV, 14 Juli 2016]
Kebetulan, konsep memberikan materi pendidikan di masa penerimaan siswa baru itu, pernah saya buat sewaktu kuliah pascasarjana Teknologi Pendidikan di Unesa. Tugas yang diberikan oleh dosen materi Teori Pembelajaran ini, saya beri nama SUPERSTART EDUTRAINING. Konsepnya silahkan dibaca dari 3 gambar slide dibawah ini:
Superstart Edutraining meliputi konsep : Super Learning, Learning Style, Brainbased Learning dan Smart Spirit |
Di sekolah formal, kebanyakan kelas belajar atau proses belajar dilakukan secara klasikal (bersamaan). Salah satu kendala dengan cara ini adalah adanya perbedaan gaya belajar tiap siswanya. Ada yang suka belajar dengan gambar, suara atau dengan jumpalitan dan bergerak. Yang disebut dengan gaya belajar visual, audiotorial dan kinestetik.
Jenis dan tipe gaya belajar ini sudah bawaan tiap anak. Secara biologis, setelah diteliti, ternyata di bagian otak mereka ada perbedaan. Yang bergaya belajar visual, ada bagian otak yang lebih aktif dan banyak sel neuronnya. Begitu juga dengan lainnya.
Kalau mengingat jaman saya sekolah dulu. Duduk manis, nggak boleh banyak gerak, membaca buku, mengerjakan soal, maju ke depan untuk mengerjakan soal atau menghafal perkalian dan selesai pulang. Nah, cara itu seyogyangya tidak lagi diterapkan sekarang. Kasihan dengan anak audiotorial yang butuh musik dan lagi untuk belajar, terlebih untuk anak kinestetik yang harus bergerak agar memahami materi belajar.
Begitu juga dengan cara mencatat. Saya masih sedih melihat teman anak saya atau "siswa" saya yang masih berusaha keras mencatat dengan tulisan yang rapii jali, pakai garis sana-sini.
Haduuhh itu soo yesterday.
Sekarang jamannya bikin MIND MAP. Mencatat dengan banyak alur, coretan, gambar, warna yang kalau dilihat jadi kayak benang kusut atau spider web (jaring laba-laba).
Mind Map tentang Gaya dibuat oleh anak saya waktu kelas 6 SD |
Namun, jika dilakukan dengan tekun, mencatat ala mind map ini bisa mengoptimalkan cara belajar. Karena tiap KATA KUNCI bisa sambung-menyambung.
Selain BELAJAR CARA BELAJAR, dalam konsep Superstart Edutraining juga saya masukkan ESQ (Emotional Spiritual Quotient). Yaitu mengembangkan konsep citra diri positif untuk emosi positif serta mental spiritual untuk kembali menguatkan mental anak-anak bahwa semua ini porosnya adalah DARI TUHAN DAN UNTUK TUHAN. Jadi, belajar juga bagian dari ibadah. Maka itu, harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Silahkan mengadopsi konsep Superstart Edutraining ini dalam lembaga belajar yang teman-teman kelola. Atau bisa diusulkan sebagai training reguler. Jika ada hal yang ingin didiskusikan, silahkan mengontak saya secara pribadi. Jika saya belum bisa memberikan solusi, nanti saya panggilkan guru-guru saya yang banyak tersebar di jagad raya ini. Mari kita tumbuhkan semangat belajar itu menyenangkan dan bagian dari ibadah.
Semoga bermanfaat.
-Heni Prasetyorini-
Untuk ngobrol langsung, silahkan mention saya di twitter @HeniPR atau facebook Heni Prasetyorini
Ah, iya. ide keren ini mbak. Semoga banyak dibaca oleh banyak guru yang menjadi penanggung jawab OSPEK ya.
ReplyDelete