Semula aku tertarik membaca thread statusnya di grup facebook IIDN yaitu Ibu-Ibu Doyan Nulis Interaktif.
Beliau menuliskan banyak informasi peluang menulis artikel opini di surat kabar dan media cetak lainnya. Lengkap dengan alamat email serta jumlah honornya. Beberapa kali juga disertakan link pada contoh tulisannya yang dimuat. Ibu-ibu lain ada yang menanggapi dengan menyertakan pula link tulisan opini yang dimuat di media cetak yang ternama.
Aku kagum, dan langsung saja meng-copy paste informasi itu ke komputer pribadiku. Dengan pertimbangan, akan membutuhkannya nanti.
Karena ingin kelak melanjutkan sharing, aku meng-add mbak Ririn ini. Baru pagi tadi aku membaca komentarnya di statusku yang lagi mupeng sama teman dan guru yang berangkat umroh minggu ini.
Dan menjelajahlah aku ke profil facebook mbak Ririn. Yang aku tuju adalah Note -nya. Aku membaca beberapa note-nya. Dan sampailah pada notenya yang berjudul : MOm's Diary (4) Diskriminasi Ibu Rumah Tangga Yang ingin MElanjutkan Studi.
Ah, aku kaget. Tak menyangka mbak Ririn adalah ibu rumah tangga. Aku pikir dia adalah dosen yang sedang kuliah lagi. Aku merasa ada teman senasib. Hanya bedanya, mbak Ririn beneran udah kuliah lagi. Dan aku belum :)
Kami pun menuliskan komentar bersahut-sahutan. Ada curhat lalu menyemangati.
Aku jadi ingat celetukan dosen pembimbingku yaitu bu Desi Natalia, dosen Biokimia. Di akhir aku masuk gedung jurusan untuk berpamitan pasca lulus, beliau bilang, "Heni, kamu harus kuliah lagi ya, karena kamu pintar,"
Aku menjawab dengan mantap, "Insya Allah pasti bu!"
Saat itu aku heran juga dengan perkataan beliau, "aku pintar?"
"Jadi ayamku?!!!" [lho kok niru iklan mie instan jadinya, hehehe]
IP-ku kurang 0,01 dari angka 3,00; kok dibilang pintar?
Aku pikir, itu taktik dosen saja untuk menyemangati mahasiswanya agar selalu belajar. Tapi, cukup berguna juga. Sampai sekarang, aku masih menyimpan niat itu, untuk sekolah lagi. Entah sekolah apa, atau belajar apa.
Aku tak pernah hilang semangat untuk belajar. Ketika anak sulungku masih umur 2 tahun, aku ikut kursus bahasa Jepang, dan bisa masuk peringkat 2 tertinggi walau aku jadi ibu rumah tangga yang harus begadang dengan anak setiap hari untuk bermain. Eh , tapi waktu itu, teman kursusku yang rata-rata masih mahasiwa protes juga sih, "mbak Heni enak cuma jadi ibu rumah tangga. Nggak kuliah kayak aku. Banyak nganggurnya, jadi bisa bagus nilainya."
Aku nyengir saja. Belum tahu kamu ya gimana rasanya jadi ibu rumah tangga..?? geramku dalam hati saja, hehehe.
Tapi kursus itu berhenti karena beberapa hal. Kemudian aku beralih belajar ketrampilan seni kerajinan tangan.
Sesekali aku ikut seminar dan semacamnya. Entahlah, aku senang sekali dengan bangku , papan tulis, buku, handbook, ujian dan hal-hal yang ada dalam institusi bernama sekolah atau lembaga pendidikan.
Mungkin harusnya aku melamar lagi jadi guru ya?
Ah, tapi nggak pede nih. Lulusnya udah sebelas tahun yang lalu. Walau dijamin basic teory pelajaran sekolah, aku masih ingat :)
Anyway, terima kasih ke mbak Ririn karena membangkitkan semangatku dan ingatanku pada cintaku pada sekolah dan belajar.
Ayo mbak sekolah lagi, aku juga suka sekolah, cuman sik nabung dulu solae larang men disini kalo biaya sendiri apalagi utk master. Mudah@an dapat biaya siswa suatu saat nanti, amiin ...
ReplyDeleteayo mbak Hany.
ReplyDeleteamin. mudah2an kita berdua bisa sekolah lagi :)